Definisi
Kardiomiopati restriktif / restrictive cardiomyopathy (RCM) dikenal
juga dengan nama lain obliterative
cardiomyopathy dan constrictive cardiomyopathy adalah suatu
bentuk kardiomiopati dimana beberapa bagian dinding jantung menjadi kaku, dan jantung mengalami
restriksi untuk mengembang dan melakukan pengisian darah dengan semestinya .
Kardiomiopati restriktif adalah jenis kardiomiopati campuran antara genetik
(innate / keturunan) dengan acquired (didapat).
Telah dibahas pada artikel sebelumnya bahwa kardiomiopati merupakan kelainan / penyakit primer pada otot jantung. Kardiomiopati restriktif ini merupakan kardiomiopati yang jarang, terjadi manakala dinding jantung menjadi kaku dan tidak cukup lentur untuk terisi darah sehingga kemampuannya untuk memompa darah ke seluruh tubuh menjadi tidak efektif. Tanda khas untuk kardiomiopati ini adalah adanya gangguan pada fungsi diastolik. Pada patologi anatomi ditemukan adanya fibrosis, hipertrofi yang menyebabkan gangguan fungsi diastolic ini. Penyebab pasti masih belum dapat diketahui namun pada beberapa keadaan menjadi penyebab kelainan ini, tetapi yang paling sering adalah adanya timbunan suatu protein yang dikenal sebagai amyloid di otot jantung, disamping itu hemochromatosis dan akibat penyakit jantung lain yang beberapa diantaranya diwariskan, juga merupakan penyebab timbulnya kardiomiopati ini.
Telah dibahas pada artikel sebelumnya bahwa kardiomiopati merupakan kelainan / penyakit primer pada otot jantung. Kardiomiopati restriktif ini merupakan kardiomiopati yang jarang, terjadi manakala dinding jantung menjadi kaku dan tidak cukup lentur untuk terisi darah sehingga kemampuannya untuk memompa darah ke seluruh tubuh menjadi tidak efektif. Tanda khas untuk kardiomiopati ini adalah adanya gangguan pada fungsi diastolik. Pada patologi anatomi ditemukan adanya fibrosis, hipertrofi yang menyebabkan gangguan fungsi diastolic ini. Penyebab pasti masih belum dapat diketahui namun pada beberapa keadaan menjadi penyebab kelainan ini, tetapi yang paling sering adalah adanya timbunan suatu protein yang dikenal sebagai amyloid di otot jantung, disamping itu hemochromatosis dan akibat penyakit jantung lain yang beberapa diantaranya diwariskan, juga merupakan penyebab timbulnya kardiomiopati ini.
Gejala klinis berupa fatigue, sesak dan juga dapat ditemukan gejala gagal jantung kanan, serta dapat pula ditemukan gejala dari penyakit sistemik seperti
hemochromatosis, amiloidosis.
Kardiomiopati restriktif atau restrictive cardiomyopathy (RCM) adalah
suatu penyakit langka dari miokardium dan adalah yang paling jarang terjadi
diantara 3 jenis kardiomiopati yang dikenal secara klinis (dilatasi,
hipertrofik, dan restriktif) atau dikenal dengan penggolongan Goodwin. Abnormalitas
penyakit ini prinsipnya adalah disfungsi diastolik, khususnya, restriksi dalam
pengisian ventrikular. Jumlah RCM merupakan
5% dari seluruh kasus penyakit jantung primer.
World Health Organization (WHO) mendefiniskan RCM sebagai penyakit miokardial yang dikarakteristikkan oleh restriksi pengisian dan volume diastolik yang menurun dari salah satu atau kedua ventrikel dengan fungsi sistolik dan ketebalan dinding yang normal atau hampir-normal. Peningkatan fibrosis interstitial mungkin dapat terjadi. Penyakit ini dapat merupakan idiopatik atau diasosiasikan dengan penyakit lain (misalnya amiloidosis dan penyakit endomiokardial dengan atau tanpa hipereosinofilia). Perjalanan penyakit RCM beragam, tergantung dari patologi dan penanganan, tapi seringkali kurang memuaskan. Penyakit ini sebaiknya tidak keliru atau dibingungkan dengan perikarditis konstriktif, suatu penyakit yang seringkali mirip tetapi berbeda dalam penanganan dan prognosisnya.
Pentingnya diagnosis akurat dari RCM
adalah untuk membedakan kondisi ini dengan perikarditis konstriktif, suatu
keadaan yang secara klinis dan hemodinamik mirip dan juga menunjukkan fisiologi
yang restriktif akan tetapi seringkali dapat disembuhkan dengan intervensi
pembedahan. Pembedaan ini sulit dilakukan tetapi sangat penting dan perlu
dikarenakan pilihan penanganan dan prognosis terhadap 2 kondisi ini sangat
berbeda secara drastis. Ekokardiografi dan MRI jantung telah dilaporkan
sebanding dalam kemampuannya untuk membedakan RCM dengan perikarditis
konstriktif.
Pada masa lalu, diagnosis tepat RCM
seringkali tidak tercipta sampai dengan saat pemeriksaan dilakukan pada saat
pembedahan menunjukkan perikardium dengan ketebalan normal yang tampak tanpa
kelainan. Suatu biopsi miokardial selanjutnya yang kemudian akan membuktikan
diagnosis suatu RCM. Dengan perkembangan pencitraan (imaging) diagnostik, perlunya melanjutkan ke intervensi pembedahan
untuk mengkonfirmasi diagnosis RCM (atau perikarditis konstriktif) seharusnya
menurun.
Etiologi
Kardiomiopati restriktif merupakan kelainan yang
sangat jarang dan sebab mutlaknya belum dapat dikonfirmasi hingga kini. Tanda yang khas
untuk kardiomiopati jenis ini adalah adanya gangguan pada fungsi diastolik disertai dinding ventrikel yang kaku yang menghalangi
pengisian ventrikel. Pada pemeriksaan patologi anatomis ditemukan adanya
fibrosis, hipertrofi atau infiltrasi pada otot-otot jantung yang menyebabkan
gangguan fungsi diastolik tersebut.
Pembagian etiologi dari
kardiomiopati restriktif dapat dilakukan dengan beberapa cara salah satunya
adalah membagi menjadi 2 kelompok, pertama yaitu idiopatik, kebanyakan pasien
yang diklasifikasikan menjadi kardiomiopati restriktif mempunyai mutasi pada
gen untuk troponin I, dan kardiomiopati restriktif biasanya saling tumpang
tindih dengan kardiomiopati hipertrofik pada kasus familial. Bentuk yang kedua
yaitu sekunder karena penyakit penyakit seperti:
- Infiltratif dan storage disorders : amyloidosis (merupakan penyakit sistemik tersering yang menyebabkan kardiomiopati restriktif), glycogen storage disease, sarcoidosis, hemochromatosis.
- Scleroderma, radiasi, endocardial fibroelastosis, endomyocardial fibrosis, toxic effects of anthracycline, carcinoid heart disease, metastatic cancers, diabetic cardiomyopathy, eosinophilic cardiomyopathy (Löffler’s endocarditis).
Pembagian penyebab RCM dapat juga
dikategorikan dengan cara berikut :
Primer
- Endokarditis Löffler
- Endocardial fibroelastosis
Sekunder
- Infiltratif
- Amiloidosis jantung
- Hemokromatosis
- Sarkoidosis
- Interstitial
- Fibrosis pasca radiasi
RCM dapat disebabkan oleh berbagai
kelainan lokal maupun sistemik; yang mana banyak diantaranya jarang dan
kemungkinan jarang dijumpai di negara maju. Penyebab ini dapat dikelompokkan
menjadi 4 kategori yang luas sebagai berikut :
- Idiopatik
- Infiltratif
- Disebabkan pengobatan
- Keganasan
Menurut panduan WHO, istilah
“kardiomiopati” merujuk kepada penyakit-penyakit dari miokardium yang idiopatik
(yaitu kardiomiopati primer). Namun demikian, penyakit miokardial infiltratif
sekunder, yang sebenarnya merupakan manifestasi jantung akibat penyakit
sistemik, seringkali dikelompokkan bersama dengan kardiomiopati.
RCM
idiopatik dapat disebabkan oleh EMF atau oleh
penyakit endomiokardial
eosionofilik Leoffler / Loeffler eosinophilic endomyocardial disease.
Kardiomiopati
restriktif sekunder dapat disebabkan diantaranya oleh :
- Hemokromatosis
- Amiloidosis (penyebab paling sering
di Amerika Serikat)
- Sarkoidosis
- Sklerosis progresif sistemik
(skleroderma)
- Penyakit jantung karsinoid
- Penyakit penyimpanan glikogen
jantung
- Radiasi
- Keganasan metastatik
- Toksisitas Anthracycline
Kardiomiopati
restriktif idiopatik / primer
Sejumlah pasien memiliki penyakit
otot jantung yang berasal dari penyebab yang tidak diketahui yang
bermanifestasi dengan kegagalan jantung dan hemodinamik yang restriktif tetapi
tidak dikarakteristikkan dengan penebalan endokardoal atau fibrosis, hipertrofi
ventrikular, eosinofilia terkait, atau perubahan histopatologis yang secara
diagnostik khas.
Lelaki dan perempuan terdampak sama,
tetapi prognosis tampaknya lebih buruk pada anak apabila dibandingkan dengan
dewasa. Anak memerlukan tekanan pengisian yang relatif tinggi untuk
mempertahankan systolic output, dan
“jendela” terapi antara volume yang habis (mengarah ke output rendah) dan
volume yang overload (mengarah ke
kegagalan jantung kongestif) adalah sempit. Sebuah pola familial tercatat pada
sejumlah kasus. Sebuah studi observasional menunjukkan bahwa fungsi ventrikel
kiri yang buruk dapat menjadi tanda suatu
kardiomiopati restriktif pediatrik (anak-anak) bahkan dalam keadaan parameter
diastolik yang normal.
Sebagai tambahan adanya gejala
kegagalan jantung kanan dan kiri, satu dari tiga pasien dengan RCM idiopatik
dapat menunjukkan komplikasi tromboembolik. Secara patologis, pasien ini
memiliki atria yang sangat terlihat berdilatasi, yang dapat menjadi sebab
peningkatan rasio kardiotorasik pada radiografi dada. Ekokardiografi
menunjukkan pembesaran atrial bilateral dengan ukuran ventrikel yang normal
tetapi bisa terdapat adanya ventrikel kiri hipertrofi difus yang signifikan,
terutama pada amiloidosis. Temuan histologis diantaranya fibrosis interstisial,
yang dapat ditemukan sedikit pada beberapa kasus dan banyak pada kasus lainnya.
Amiloidosis
Amiloidosis dikarakteristikkan oleh
akumulasi bahan amiloid dalam jumlah yang cukup untuk mengganggu fungsi organ
yang terkait. Berdasarkan komposisi protein amiloid, amiloidosis dapat
dikelompokkan menjadi 4 varietas :
- Primer atau amiloidosis yang
terkait dengan mieloma
- Amiloidosis sekunder (sekunder dari
penyakit kronik)
- Amiloidosis senilis
- Amiloidosis familial
Keterlibatan jantung dalam
amiloidosis primer paling sering diasosiasikan dengan fisiologi yang
restriktif. Infiltrasi amiloid ke jantung umum ditemukan pada populasi usia
lanjut (amiloidosis sistemik senilis) dan dapat menunjukkan tanda gangguan
pengisian diastolik tetapi juga memiliki fitur dan tanda yang serupa dengan
kardiomiopati dilatasi.
Fibril protein mieloma yang terdiri
dari immunoglobulin rantai ringan dideposit (diendapkan) secara difus
(menyebar) sepanjang miokardium dan menciptakan suatu konsistensi yang kenyal
seperti karet. Biasanya pada keadaan ini jantung tidak akan kolaps pada saat
pengangkatan apabila dilakukan suatu otopsi.
Pada pemeriksaan histologis, endapan
interstisial fibril amiloid yang tidak dapat larut, dapat ditemukan pada
keempat bilik. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan ketebalan dinding tanpa
dilatasi rongga kavitas.
Keterlibatan katup pada keadaan ini
dapat menciptakan lesi regurgitan, tetapi derajat regurgitasi yang secara
hemodinamik maupun klinis signifikan sangat jarang terjadi.
Penampakan granular sparkling (scintillating) pada ekokardiografi 2 dimensi
dapat ditemukan dan merupakan tanda khas, tetapi tidak bersifat diagnostik akan
amiloidosis jantung. Ekokardiografi lebih khas menunjukkan penebalan
biventrikuler diluar kewajaran terhadap hipertensi saat ini atau sebelumnya,
pembesaran biatrial, pola pengisian yang restriktif oleh ekokardiografi
Doppler, dan fungsi sistolik dan ejeksi fraksi yang normal sampai dengan tahap
akhir dari penyakit ini.
Pada tahap awal penyakit ini,
hemodinamik restriktif yang khas mungkin tidak ditemukan; Namun pada kasus
lebih lanjut, hemodinamik yang restriktif lebih mungkin ditemukan. Sebuah
dugaan kuat dari banyak observasi ini adalah bahwa dinamika diastolik yang
restriktif dapat menjadi prediksi akan adanya kematian jantung pada pasien
dengan amiloidosis. Biopsi jantung diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosis
jika masih ditemukan keraguan setelah pemeriksaan noninvasif.
Kardiomiopati
eosinofilik dan EMF (Endomyocardial Fibrosis)
Eosinofilia parah yang menahun dari
sebab apapun ( seerti alergi, autimun, parasit, leukemia, atau idiopatik) dapat
mengakibatkan infiltrasi eosinofilik dari miokardium. Kandungan granular intraplasmik dari eosinofil
yang teraktivasi dipercaya bertanggungjawab terhadap kerusakan toksik pada
jantung. Kardiomiopati eosinofilik ini, yang juga dikenal sebagai endokarditis
Loeffler, diasosiasikan dengan EMF yang padat, pembentukan trombus
intraventikular, dan hilangnya (obliterasi) kavitas ventrikular pada tahap
akhir, sehingga dimasukkan dalam kategori RCM obliteratif.
EMF, yang diobservasi secara
ekslusif pada daerah khatulistiwa Afrika dan lebih sedikit diamati pada daerah
Asia dan Amerika Selatan, dipercaya sebagai tahap akhir dari endomiokarditis
eosinofilik. Namun demikian, sekarang dipertimbangkan sebagai suatu penyakit
yang berbeda karena tidak menunjukkan eosinofilia. EMF menunjukkan patologi
yang mirip dengan yang dideskripsikan di atas (endokarditis Loeffler) sehingga
dimasukkan dalam kelompok RCM obliteratif.
Prognosis adalah buruk pada pasien
dengan keterkaitan difus jantung dengan EMF, tetapi lesi yang terlokalisir yang
melibatkan katup dapat direncanakan untuk pembedahan perbaikan atau
penggantian.
Fibrosis
pasca iradiasi
Fibrosis miokardial dan endokardial
yang dipicu oleh radiasi juga dapat menyebabkan RCM. Namun demikian, komplikasi
dari radioterapi ini, seperti halnya konstriksi perikardial, ditemukan
bertahun-tahun setelah perawatan. Membedakan antara konstriksi dan restriksi
dapat menjadi hal yang sulit pada pasien ini karena kedua keadaan ini dapat ada
secara bersamaan.
Penyebab lain dari RCM diantaranya
sindroma Churg-Strauss, skleroderma, sistinosis, limfoma, penyakit Gaucher,
penyakit Fabry, pseudoxanthoma elasticum,
sindroma hipereosinofilik, artritis reaktif, sindroma Werner, karsinoid, dan
sindroma Noonan.
Patofisiologi
Patofisiologi dari kardiomiopati
restriktif adalah menurunnya curah jantung, meningkatnya tekanan vena jugular
dan kongesti pulmoner. Pada berbagai kondisi dimana terdapat hubungan
keterlibatan endokardium, obliterasi parsial dari ruang ventrikel oleh jaringan
fibrous dan trombus meningkatkan resistensi pengisian ventrikel. Ventrikel
tidak mampu memenuhi kebutuhan curah jantung (cardiac output) dan meningkatnya tekanan pengisian ventrikel,
mengakibatkan intoleransi aktifitas fisik dan dyspneu, yang merupakan gejala
utamanya. Sebagai akibat dari meningkatnya tekanan vena yang terus menerus maka
pasien dengan kardiomiopati restriktif biasanya mempunyai edema, asites dan
hepar yang membesar. Tekanan vena jugularis juga meningkat atau meningkat
ketika inspirasi (Kussmaul’s sign).
Suara jantung dapat terdengar jauh, dan dapat terdengar suara jantung ketiga
dan keempat.
RCM dapat merupakan suatu idiopatik
atau sekunder terhadap penyakit otot jantung yang bermanifestasi sebagai
fisiologi yang restriktif. Penyakit ini mengakibatkan peningkatan kekakuan dari
miokardium, yang menyebabkan tekanan di dalam ventrikel meningkat secara
drastis dengan penambahan volume kecil sekalipun. Sehingga pengisian yang
kencang terjadi pada awal diastole, yang kemudian berhenti secara mendadak pada
akhir fase pengisian yang berlangsung secara cepat. Ketika penelusuran dan pencatatan tekanan dilakukan
pada kondisi ini, akan menunjukan karakteristik pola diastolik “dip-and-plateau” atau “square-root”, keduanya mirip dengan yang
terjadi pada perikarditis konstriktif.
Pasien secara khas memiliki
kegagalan jantung diastolik, yang dapat diartikan fungsi sistolik normal tetapi
pada ventrikel kiri terjadi peningkatan kekakuan diastolik (komplians
berkurang) dan tidak dapat melakukan pengisian yang semestinya pada tekanan
diastolik normal, yang mengarah kepada penurunan cardiac output sebagai hasil dari pengurangan pengisian ventrikel
kiri. Fungsi sistolik biasanya tetap normal (setidaknya pada tahap awal
penyakit) ketebalan dinding umumnya bertambah dikarenakan terhadap
infiltrasi miokardial oleh amiloidosis,
tetapi penambahan ini tidak sebesar yang diobservasi pada kardiomiopati
hipertrofik.
Penurunan beberapa variabel dalam
fungsi sistolik dapat terjadi seiring perkembangan penyakit. Penurunan
pengisian ventrikel kiri akan mengarah pada penurunan stroke volume dan gejala cardiac output rendah (misalnya fatigue,
letargi), sementara peningkatan tekanan pengisian akan menyebabkan kongesti
pulmonal dan sistemik. Sehingga RCM dapat menyebabkan gejala dan tanda
kegagalan jantung sisi kiri, sisi kanan, maupun keduanya karena penyakit ini
mempengaruhi kedua ventrikel, namun amilo idosis secara khas menunjukkan
retensi cairan pada sisi kanan yang dominan.
Beberapa pasien dapat mengalami blok
jantung total sebagai konsekuensi dari fibrosis yang menutupi dan membungkus
nodus sinoatrial atau atrioventrikular. Menariknya, endapan amiloid jarang
ditemukan pada bundle branch.
Atas dasar patologi, RCM dapat
dikelompokkan menjadi RCM obliteratif (misalnya ventrikel penuh dengan trombus)
atau RCM nonobliteratif / idiopatik. RCM obliteratif sangat jarang. Keadaan ini
dapat merupakan hasil dari sindrom eosinofilik tahap akhir, dimana trombus
intrakavitas mengisi apeks ventrikel
kiri dan mengganggu pengisian normal pada ventrikel. Fibrosis pada endokardium
dapat berkembang sehingga melibatkan katup atriventrikular dan menyebabkan
regurgitasi. Terdapat dua bentuk EMF (endomyocardial fibrosis), EMF aktif yang
mengalami inflamasi dan EMF kronik.
Pada RCM idiopatik, terjadi fibrosis
progresif dari miokardium, tetapi tanpa adanya pembentukan trombus. Kondisi ini
juga dikatakan tidak memiliki perubahan histopatologis yang spesifik.
RCM merupakan salah satu jenis
kardiomiopati yang diketahui memiliki penyebab genetik, walaupun hanya beberapa
mutasi yang menyebabkan RCM yang telah dikemukakan. The Heart Failure Society of America telah menerbitkan panduan
terbaru mengenai evaluasi genetik kardiomiopati pada tahun 2010.
Manifestasi
Klinis
Pasien dengan kardiomiopati
restriktif pada tahap lanjut penyakit seringkali menunjukkan gejala
kardiopulmonal yang menonjol. Pasien tersebut biasanya mengeluh kesulitan
bernafas yang semakin memburuk, ketidakmampuan olahraga progresif, dan
kelelahan. Fatigue dan kelemahan merupakan hasil dari penurunan stroke volume dan cardiac output. Paroxysmal nocturnal dyspnea dapat juga dilaporkan
terjadi.
Pasien dapat mengalami distensi
abdomen yang disebabkan asites, tetapi pasien ini biasanya mengalami edema
periferal bilateral yang substansial. Ketidaknyamanan abdominal atau tenderness hepar dapat juga terjadi.
Nyeri dada yang disebabkan angina
atau nyeri dada yang menyerupai iskemia miokard dapat terjadi, utamanya pada
pasien dengan amiloidosis, yang kemungkinan disebabkan kompresi miokardial dari
pembuluh kecil. Pasien dapat mengeluhkan palpitasi, yang seringkali disebabkan
oleh fibrilasi atrial, yang cukup umum ditemukan pada RCM idiopatik.
Sebanyak satu dari tiga pasien RCM
idiopatik dapat menunjukkan komplikasi tromboembolik, khususnya emboli pulmonal
yang disebabkan bekuan darah pada tungkai bawah. Jika fibrilasi atrial
ditemukan, akan ada risiko tinggi bekuan darah atrial kiri dan emboli sistemik.
Pasien dapat memiliki riwayat
serangan sinkope karena berbagai penyebab, tetapi hipotensi ortostatik yang
dikarenakan neuropati periferal dan/atau otonom tidak termasuk salah satunya.
Sinkope dan kematian mendadak umum ditemukan pada amiloidosis AL (Amyloid Light-chain), tetapi aritmia
ventrikular jarang ditemukan. Disosiasi yang bersifat elektrik-mekanik lebih
sering terjadi. Gangguan konduksi secara khusus umum terjadi pada beberapa
jenis RCM infiltratif, tetapi tidak pada
amiloidosis.
Tergantung dari etiologi, pasien
dapat memiliki riwayat terdahulu akan adanya terapi radiasi, transplantasi
jantung, kemoterapi, atau penyakit sistemik.
Pemeriksaan
Fisik
Perlu dilakukan pemeriksaan fisik
menyeluruh yang teliti untuk mencari manifestasi ekstrakardiak akan suatu
kelainan sistemik yang dapat menyebabkan kardiomiopati restriktif (misalnya
hemokromatosis, amiloidosis, sarkoidosis atau skleroderma) Perhatian khusus perlu
diberikan terhadap sistem kardiovaskular dan respiratori.
Temuan
Pemeriksaan Umum
Pasien mungkin akan merasa lebih
nyaman dalam posisi duduk karena cairan yang terdapat di abdomen atau paru.
Kehilangan berat badan dan kelemahan jantung cukup umum ditemukan. Mudah
terjadinya lebam, purpura periorbital, makroglosia, dan temuan sistemik lainnya
seperti carpal tunnel syndrome, merupakan
petunjuk klinisi untuk mempertimbangkan suatu amiloidosis.
Peningkatan tekanan vena jugular
juga ditemukan, dengan penurunan x
dan y yang cepat. Derajat kenaikan
tekanan vena jugular mengindikasikan tingkat keparahan gangguan pengisian dari
ventrikel kanan.
Denyut vena jugular gagal turun pada
saat inspirasi dan bahkan dapat meningkat
(tanda Kussmaul) pada perikarditis konstriktif. Walaupun tidak umum pada
RCM, tanda Kussmaul tidak dapat digunakan sebagai pembeda absolut antara RCM
dan perikarditis restriktif. Volume denyut menurun, sesuai dengan penurunan stroke volume dan cardiac output.
Pasien sering mengalami asites dan
edema pitting pada ekstremitas bawah. Hepar biasanya membesar dan penuh dengan
cairan, yang dapat menimbulkan nyeri. Namun demikian hepar dapat membesar dan
keras dikarenakan infiltrasi amiloid. Splenomegali jarang ditemukan.
Pemeriksaan
Sistem Kardiovaskular
Bunyi jantung S1 dan S2
normal dengan S2 split yang
normal. Sebuah bunyi pengisian diastolik dini (S3) dapat ditemukan
namun tidak umum pada amiloidosis. Sebuah bunyi jantung keempat (S4)
hampir tidak pernah ditemukan, jika ada kemungkinan dikarenakan infiltrasi
amioid pada atria. Murmur yang disebabkan regurgitasi mitral dan trikuspid
dapat didengar, tetapi ini dikarenakan oleh penyakit miokardial dan biasanya
tidak signifikan secara hemodinamik.
Pemeriksaan
Sistem Respiratori
Bunyi nafas menurun dikarenakan
efusi pleura, biasanya bilateral, dan besar pada amiloidosis. Krepitasi atau
rales (ronchi basah) jarang terdengar, bahkan pada gagal jantung lanjut dari
amiloidosis.
Komplikasi
Komplikasi RCM
antara lain :
- Tromboembolisme
- Disritmia
- Sirosis kardiak
- Deteriorasi progresif dari fungsi
jantung
Diagnosis
Diferensial
Semua penyebab disfungsi diastolik
termasuk dalam diagnosis diferensial dari kardiomiopati restriktif (RCM).
Menegakkan diagnosis RCM dan menyingkirkan kemungkinan perikarditis konstriktif
adalah penting. Dikarenakan RCM tidak memiliki terapi yang spesifik, tetapi
perikarditis konstriktif berpotensi dapat disembuhkan dengan pembedahan.
Etiologi RCM seringkali dibingungkan
dengan etiologi perikarditis konstriktif dikarenakan pasien dapat menunjukkan
temuan khas dari perikarditis konstriktif namun sekaligus pada saat tersebut
juga mengidap penyakit RCM. Dengan pertimbangan riwayat dan profil klinis,
konstriksi perikardial dan RCM sering tidak dapat dibedakan. Ditambah kedua
kondisi ini dapat terjadi secara berbarengan, sebagai contoh, terapi radiasi
mempengaruhi miokardium begitu juga perikardium. Namun demikian, terdapat
beberapa temuan klinis tertentu yang dapat membantu membedakan kedua kondisi
ini. (Lihat tabel di bawah).
Tabel perbedaan
Perikarditis Konstriktif dan Kardiomiopati Restriktif
Temuan Klinis
|
Perikarditis Konstriktif
|
Kardiomiopati Restriktif
|
Riwayat
|
Riwayat
terdahulu akan adanya perikarditis atau kondisi yang menyebabkan penyakit
perikarditis.
|
Riwayat
adanya penyakit sistemik (misalnya amiloidosis, hemokromatosis)
|
Pemeriksaan Umum
|
…
|
Temuan
kelainan periferal akan adanya penyakit sistemik
|
Pemeriksaan sistemik – Bunyi jantung
|
Pericardial knock,
bunyi berfrekuensi tinggi
|
Adanya
bunyi pengisian diastolik S3 yang keras, bunyi berfrekuensi rendah
|
Murmurs
|
Tidak
ada murmur
|
Murmur
karena regurgitasi mitral dan trikuspid
|
Radiografi dada terdahulu
|
Kalsifikasi
perikardial
|
Hasil
radiografi terdahulu yang normal
|
Pada masa lalu, diagnosis RCM sering
dilakukan pada saat pembedahan. Namun saat ini dengan perkembangan ilmu
pengetahuan akan fitur klinis dan teknik pencitraan yang lebih baik, diagnosis
tepat dapat dilakukan dengan keyakinan tinggi dan pembedahan untuk penegakan
diagnosis dapat dihindari. Diagnosis
final paling umum dilakukan dari biopsi jaringan lemak, seperti adiposa dinding
abdomen.
Kondisi lainnya yang perlu
dipertimbangkan seperti hipertensi sistemik, stenosis katup aorta, dan
kardiomiopati hipertrofik, yang mana semua ini menyebabkan gangguan kemampuan
peregangan diastolik yang dikarenakan hipertrofi ventrikel kiri. Penebalan
ventrikel kiri dapat dibingungkan dengan amiloidosis pada ekokardiografi,
tetapi temuan klinis sangat berbeda. The thickened left ventricle could be
confused with amyloidosis on echocardiography, but the clinical findings are
completely different.
Diagnosis diferensial RCM antara lain :
- Perikarditis konstriktif
- Komplikasi akut sarkoidosis
- Stenosis katup aorta
- Tamponade jantung
- Perikarditis akut
- Kegagalan jantung
- Penyakit jantung hipertensif (HHD)
- Kardiomiopati hipertrofik
- Pencitraan pada kardiomiopati
dilatasi
Pemeriksaan
Penunjang Diagnosis
Pemeriksaan laboratorium
dilaksanakan untuk menegakkan diagnosis kardiomiopati restriktif,
memperhitungkan keparahan penyakit, dan pemonitoran pasien.
Pemeriksaan penunjang lainnya juga
dapat digunakan khususnya untuk membantu membedakan RCM dengan perikarditis
konstriktif (lihat tabel di bawah).
Tabel pemeriksaan
penunjang untuk membedakan perikarditis konstriktif dan kardiomiopati
restriktif
Pemeriksaan
|
Konstriksi Perikardial
|
Kardiomiopati Restriktif
|
Radiografi dada
|
Kalsifikasi
perikardial
|
Dilatasi
atrial yang menyebabkan peningkatan rasio kardiotorasik, ukuran ventrikel
normal
|
CT scan/MRI
|
Penebalan
perikardial
|
Tidak
ada penebalan perikardial
|
Ekokardiografi
|
Ventrikel
dan atrium ukuran normal, penebalan
perikardial, efusi perikardial dapat ditemukan
|
Ventrikel
tidak berdilatasi, kontraksi normal, tidak hipertrofi. Dilatasi signifikan
kedua atrium. Tekstur miokardium berbintik-bintik pada kasus infiltrasi
amiloid jantung
|
Kecepatan aliran Doppler pada
ekokardiografi
|
Perubahan
pada saat respirasi; (yaitu penurunan puncak aliran diastolik transmitral) pada
saat inspirasi. Samanya tekanan pengisian sisi kiri dan sisi kanan
|
Tidak
ada perubahan pada saat respirasi. Peningkatan lebih besar pada tekanan
pengisian sisi kiri
|
Hemodinamika kateterisasi:
1) RVSP 2) Rasio RVEDP : RVSP 3) Penyamaan
RVEDP/LVEDP
|
1) = 50 mm Hg 2) = 0.33 3) = 5 mm Hg difference |
1) = 50 mm Hg 2) = 0.33 3) = 5 mm Hg difference |
Biopsi jantung
|
Miokardium
normal
|
Seringkali
bersifat diagnostik, menunjukkan miokardium abnormal
|
CT = computed tomography; LVEDP = left
ventricular end-diastolic pressure; MRI = magnetic resonance imaging; RVEDP = right ventricular end-diastolic pressure; RVSP = right ventricular systolic pressure.
|
Pemeriksaan
Laboratorium
Hitung darah lengkap atau complete blood count (CBC) dengan apusan
darah tepi membantu menegakkan eosinofilia. Analisis gas darah dilaksanakan
untuk memonitor hipoksia. Elektrolit serum, blood
urea nitrogen (BUN) dan tingkat kreatin sebaiknya diperoleh begitu juga
dengan profil fungsi hepar.
Konsentrasi besi (iron) serum,
saturasi persen dari keseluruhan iron-binding capacity, dan tingkat
feritin serum, semuanya meningkat pada hemokromatosis.
Jumlah brain natriuretic peptide (BNP) serum juga sebaiknya dinilai. Data menunjukkan bahwa kadar BNP serum
mendekati normal pada pasien dengan fisiologi constriktif pada gagal jantung
dan meningkat pada fisiologi restriktif, meskipun manifestasi klinis dan
hemodinamik nyaris sama.
Radiografi
dan angiografi
Hasil radiografi dada pada penyakit
ini dapat menunjukkan kardiomegali dengan efusi pleura bilateral, tidak adanya
kardiomegali, silhouette jantung normal, tidak adanya kalsifikasi perikardial
(yang ditemukan pada perikarditis konstriktif), serta manifestasi hipertensi
vena pulmonal dan kongesti pulmonal.
Angiografi dapat menunjukkan kavitas
kecil berdinding tebal pada penyakit endomiokardial eosinofilik, yang dapat
berubah secara signifikan dengan trombus mural.
Ekokardiografi
Pencitraan
dua dimensi
Pada ekokardiografi dua dimensi menunjukkan
ventrikel kiri yang tidak terdilatasi, berkontraksi secara normal, dan tidak
mengalami hipertrofi serta kedua atrium yang mengalami dilatasi secara
signifikan. Namun demikian, amiloidosis dan penyakit cadangan glikogen secara
khas menunjukkan penebalan ventrikel kiri yang difus.
Kavitas ruang ventrikular dapat
normal atau mengecil. Ketebalan dinding dapat meningkat pada penyakit
infiltratif. Trombus mural dan obliterasi kavitas adalah temuan khas
kardiomiopati obliteratif. Sebagai kontras, kardiomiopati dilatasi menunjukkan
dilatasi pada semua ruang jantung, dan peningkatan ketebalan dinding, terutama
septum ventrikular, terobservasi pada kardiomiopati hipertrofik.
Tekstur miokardial abnormal juga
dapat dinilai dengan ekokardiografi. Sebagai contoh, bintik-bintik granular
pada dinding ventrikular menandakan adanya penyakit infiltratif, seperti
amiloidosis.
Ekokardiografi tidak dapat
diandalkan untuk menemukan penebalan perikardial; magnetic resonance imaging (MRI) disarankan untuk menyingkirkan
perikardium yang tebal.
Pencitraan
Doppler
Ekokardiografi Doppler menunjukkan
temuan restriksi terhadap pengisian diastolik. Dapat juga ditemukan pengisian
diastolik dini yang mencolok pada ventrikel (E), waktu perlambatan yang
memendek, dan pengisian atrial yang mengecil (A), yang akan menghasilkan rasio
E terhadap A yang tinggi pada kecepatan aliran masuk mitral. Variasi dari
aliran darah diastolik (transmitral) ini dengan respirasi membantu membedakan
antara perikarditis konstriktif dan RCM.
Dikarenakan kedua ventrikel
terbungkus kantung perikardium yang sama, sebuah peningkatan inspirasi pada
aliran masuk ventrikel kanan menyebabkan suatu hal yang berkebalikan yaitu
penurunan pada aliran masuk transmitral pada ventrikel kiri. Sehingga, sebuah
pola variasi respirasi, dengan puncak aliran diastolik treansmitral yang
menghilang pada saat inspirasi, dikarakteristikkan dengan konstriksi
perikardial tetapi bukan dengan RCM. Secara berlawanan, pada RCM, tekanan
pengisian sisi kiri meningkat lebih jauh pada inspirasi.
Pencitraan
pulsed-wave tissue Doppler
Penggunaan pencitraan pulsed-wave Doppler digunakan pada
sejumlah sentra pelayanan kesehatan sebagai pendekatan noninvasif untuk
membedakan RCM dengan perikarditis konstriktif. Sebagai tambahan informasi yang
diperoleh pencitraan Doppler biasa, pencitraan pulsed-wave Doppler dapat mendefiniskan kontraksi dan relaksasi
miokardial. Hasilnya adalah pengukuran yang dikenal sebagai myocardial velocity gradient. Beberapa
studi menyatakan myocardial velocity
gradient adalah pengukuran spesifik yang dapat membedakan kedua penyakit
tersebut secara baik.
Kateterisasi
Jantung
Pelacakan tekanan ventrikular pada
peningkatan tekanan jantung kanan, pola gelombang vena yang khas, garis
berbentuk dip-and-plateau atau s quare-root dari tekanan diastolik
ventrikular (penurunan dini yang dalam dan cepat tekanan ventrikular pada saat
onset diastol, diikuti peningkatan cepat membentuk plateau pada diastol awal),
yang diperoleh dengan kateterisasi jantung adalah sama baik pada konstriksi
perikardial maupun pada RCM. Tanda dip-and-plateau atau square-root (lambang akar pada
matematika) dari tekanan ventrikular dimanisfestakina pada pelacakan tekanan
atrial sebagai penurunan yang menonjol diikuti oleh peningkatan cepat membentuk
plateau.
Beberapa
kriteria yang lebih condong kepada kelainan perikardial, adalah :
- Penyamaan tekanan pengisian
ventrikular kiri dan kanan, dengan perbedaan tidak melebihi 5mm Hg
diantara kedua sisi.
- Right
ventricular end-diastolic pressure (RVEDP) sama
dengan atau melebihi sepertiga dari jumlah equal right ventricular systolic pressure (RVSP)
- RVSP lebih rendah dari 50 mm Hg
- Penyamaan tekanan diastolik yang
persisten dibawah stres atau olahraga atau perubahan cairan
Pada RCM,
varians diantara tekanan diastolik kanan dan kiri biasanya lebih besar dari 5
mm Hg, RVEDP kurang dari sepertiga dari besarnya RVSP, dan RVSP lebih besar 50
mm Hg.
Elektrokardiografi
Temuan pada EKG bergantung pada
tahap mana penyakit ini dan diagnosis spesifik. EKG dapat normal atau hanya
menunjukkan perubahan gelombang ST-T yang tidak spesifik, tetapi gangguan irama
(fibrilasi atrial terutama) biasa ditemukan.
Kelainan konduksi tidak umum
ditemukan pada amiloidosis. Voltase QRS yang rendah umum ditemukan pada
amiloidosis, terlihat berbeda dengan ventrikel kiri yang tebal pada
ekokardiografi. Sebuah pola infark semu mungkin ditemukan, yang disebabkan
infiltrasi miokardial dan/atau iskemia/infark pada pembuluh kecil.
Pemeriksaan
Lain
Pencitraan
Radionuklida
Pencitraan
radionuklida menunjukkan peningkatan serapan (uptake) difus dari technetium-99m
(99m Tc) pyrophosphate dan indium-111 (111 In) antimyosin
amiloidosis jantung.
Cardiovascular
magnetic resonance (CMR)
Cardiovascular magnetic resonance
(CMR) telah digunakan untuk menilai interstitium miokardial abnormal. Laporan
awal mengemukakan adanya suatu pola khas dari subendokardial global dengan enhancement gadolinium akhir yang
dipasangkan dengan miokardial abnormal dan kinetik gadolinium blood-pool pada RCM.
Biopsi
Biopsi ventrikular yang diperoleh
baik dari ventrikel kanan atau kiri telah terbukti bermanfaat pada beberapa
kasus dalam menentukan apakah terdapat penyakit endokardial atau miokardial.
Pengalaman yang bertambah pada teknik ini mengindikasikan manfaat diagnostik
tinggi pada penyakit yang berhubungan dengan hemodinamik restriktif, ketika
pemeriksaan noninvasif tidak dapat memberikan diagnosis yang jelas dan pasti.
Amiloidosis menunjukkan birefringence hijau-apel, dengan
pewarnaan Congo red, yang dilihat di bawah mikroskop polarisasi. Aspirasi fine-needle dari lemak abdominal lebih mudah
dan aman bila dibandingkan biopsi miokardial untuk menentukan amiloidosis.
Konfirmasi diagnosis amiloidosis rantai ringan amiloid (AL amyloidosis)
memerlukan penemuan sel plasma dyscrasia.
Biopsi hepar dapat dilaksanakan
untuk diagnosis hemokromatosis.
Penatalaksanaan
Prinsip
Pendekatan
Kardiomiopati restriktif / restrictive
cardiomyopathy (RCM) tidak memiliki pengobatan spesifik. Namun demikian, terapi
yang ditujukan kepada kasus-kasus individual RCM terbukti efektif. Contoh dari hal ini adalah kortikosteroid
untuk sarkoidosis dan endokarditis Loeffler, endokardiektomi untuk fibrosis
endomiokardial dan endokarditis Loeffler, flebotomi dan chelation untuk hemokromatosis, dan kemoterapi untuk amiloidosis.
Pengobatan umum diantaranya diuretik, vasodilator, ACE inhibitor sesuai
indikasi, dan juga antikoagulan (jika tidak merupakan kontraindikasi).
Pada pasien selektif, pemasangan
alat pacu, terapi LVAD (left ventricle assisst device), transplantasi (jantung
atau jantung-hepar) dapat dipertimbangkan.
Medikamentosa
Tujuan pengobatan RCM adalah
mengurangi gejala dengan menurunkan tekanan pengisian yang meningkat tanpa
menurunkan secara signifikan cardiac
output. Beta blocker dan calcium channel blocker kardioselektif (misalnya
verapamil, diltiazem) dapat bermanfaat, dengan meningkatkan waktu pengisian
ventrikel kiri, memperbaiki relaksasi ventrikular, dan mengurangi stimulasi
simpatetik kompensasi. Sebagai tambahan, diuretik dosis rendah menurunkan preload dan dapat memberikan perbaikan
gejala. Dosis awal yang rendah sebaiknya
diberikan untuk mencegah hipotensi karena pasien seringkali sangat sensitif
terhadap perubahan pada volume ventrikel kiri. Dosis yang lebih tinggi dapat
diperlukan jika tingkat serum albumin rendah yang dikarenakan sindrom nefrotik
yang menyertai.
ACE Inhibitor dan inhibitor
angiotensin II sangat tidak ditoleransi oleh pasien dengan amiloidosis. Bahkan
dosis kecilpun dapat menyebabkan hipotensi berat, yang kemungkinan disebabkan
neuropati otonomik. Beta blocker dan calcium channel blocker tidak menunjukkan
dapat memperbaiki gejala dari hari ke hari atau cenderung tidak mengubah ke
arah yang lebih baik perjalanan penyakit pasien dengan gagal jantung diastolik.
Tidak ada data yang terpublikasi mengenai manfaat pemberian inotropik atau obat
vasodilator secara intravena.
Pasien dengan riwayat fibrilasi
atrial sebaiknya diberikan antikoagulan. Pada pasien dengan fibrilasi atrial,
heart rate sebaiknya dikendalikan dengan seksama. Menghilangkan kontribusi atrial terhadap
pengisian ventrikular dapat memperburuk disfungsi diastolik yang telah ada, dan
sebuah respon ventikular yang cepat dapat lebih jauh mengganggu pengisian
diastolik, sehingga menyebabkan bertambahnya masalah. Sehingga, mempertahankan irama
sinus sangat penting, dan pengobatan seperti amiodarone dan beta blocker sering
digunakan untuk hal ini.
Digoxin sebaiknya digunakan dengan kewaspadaan
karena berpotensi aritmogenik, khususnya pada pasien dengan amiloidosis.
Terapi sel antiplasma dengan
melphalan dapat memperlambat perburukan amiloidosis sistemik dengan
menghentikan produksi paraprotein yang bertanggungjawab terhadap pembentukan
amiloid. Prognosis pasien dengan
amiloidosis sistemik primer tetap buruk, dengan median angka bertahan hidup
sekitar 2 tahun walaupun dengan intervensi kemoterapi berbasis alkylating pada
beberapa kasus. Pada kasus spesifik tertentu, kemoterapi menunjukkan manfaat,
dengan perbaikan sistemik dan manifestasi jantung.
Penanganan endokarditis Loeffler
diantaranya mengidentifikasi secara tepat kondisi sebelum fibrosis tahap akhir
terjadi. Terapi medis dengan kortikosteroid, agen sitotoksik (misalnya
hydroxyurea), dan interferon untuk menekan infiltrasi eosinofilik yang intens
pada miokardium tepat dilakukan selama tahap awal endokarditis Loeffler dan dapat memperbaiki gejala dan angka
bertahan hidup. Pengobatan gagal jantung yang konvensional juga diberikan.
Terapi chelation atau terapi flebotomi efektif pada pasien dengan
hemokromatosis untuk menurunkan overload zat besi.
Implantasi
Pacemaker
Pasien dengan kardiomiopati
restriktif idiopatik dapat memiliki fibrosis pada node sinoatrial dan
atrioventrikular dapat menyebabkan block jantung total, sehingga membutuhkan
alat pacing yang permanen. Jika kardioversi
dilakukan untuk menangani fibrilasi atrial, khususnya pasien dengan
amiloidosis, node sinus yang abnormal tersebut dapat gagal berfungsi sebagai pacemaker yang efektif. Pasien dengan
kelainan fungsi sinus node dan/atau penyakit sistem konduksi lanjut juga
memerlukan implantasi pacemaker.
Endomiokardektomi
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, penanganan
endokarditis Loeffler bergantung pada identifikasi secara tepat kondisi sebelum
fibrosis tahap akhir terjadi dan biasanya melibatkan farmakoterapi dini.
Pada tahap fibrotik endokarditis Loeffler,
terapi pembedahan, dengan eksisi endokardium yang fibrotik dan penggantian
katup mitral dan trikuspid, adalah bersifat paliatif tetapi dapat memberikan
perbaikan gejala. Tingkat mortalitasi operasi berada pada kisaran 15-25%.
Transplantasi
Jantung
Transplantasi Jantung atau terapi
pendukung mekanis ventrikular dapat dipertimbangkan pada pasien yang sangat
terseleksi dengan gejala refraktori (tidak membaik dengan penanganan lainnya) yang
memiliki RCM idiopatik atau familial dan amiloidosis. Pasien yang telah
diberikan penanganan dengan LVAD (left ventricular assist device) dan memiliki
RCM memiliki angka kematian yang sama bila dibandingkan kardiomiopati dilatasi.
Ketika tidak ditemukan adanya keterlibatan organ nonkardiak, beberapa pasien dengan
amiloidosis telah menjalani transplantasi jantung dengan sukses, yang
digabungkan dengan kemoterapi postoperatif dosis tinggi untuk menghilangkan
produksi amiloid yang rekuren.
Transplantasi jantung yang disertai
dengan transplantasi hepar pada pasien dengan gagal jantung dan hepar yang
dikarenakan hemokromatosis berlangsung dengan sukses pada sekelompok kecil
pasien. Namun demikian, morbiditas dan mortalitas awal lebih tinggi pada
transplantasi dua organ bila dibandingkan transplantasi satu organ.
Transplantasi merupakan pilihan
penanganan pada sarkoidosis jantung, tetapi rekurensi granuloma sarkoid dapat
terjadi pada jantung yang telah ditransplantasi.
Pendekatan dengan pembedahan
menawarkan terapi kesembuhan pada konstriksi perikardial tetapi membawa suatu
potensi morbiditas yang signifikan pada pasien dengan RCM. Sehingga, menegakkan
diagnosis yang jelas sangat penting, dan dengan perkembangan teknologi
pencitraan yang semakin canggih, hal tersebut dapat sangat membantu (telah
dibahas sebelumnya mengenai diagnosis). Makin sedikit pasien saat ini yang
memerlukan pembedahan jantung terbuka dalam rangka menegakkan diagnosis yang
tepat.
Transplantasi stem cell (sel induk)
yang dilakukan bersamaan dengan kemoterapi dosis tinggi masih dianggap bersifat
eksperimental oleh kebanyakan kardiolog. Pelaksanaannya yang rutin belum banyak
dilakukan (2015).
Akhirnya, apakah pasien yang
memiliki penyakit jantung yang disebabkan oleh radiasi adalah pasien yang cocok
untuk menjalani transplantasi jantung masih diperdebatkan. Hal ini dikarenakan
data yang menunjukkan bahwa pasien ini memiliki
hasil operasi baik di awal maupun selanjutnya yang tidak baik setelah
transplantasi jantung yang berhubungan dengan komplikasi prosedural yang
terkait fibrosis dan keganasan yang baru maupun rekuren.
Prognosis
Perkembangan perjalanan penyakit RCM
memiliki keberagaman tergantung dari patologi spesifik kasus, dan penanganan
yang diterima. Prognosis secara umum tidak baik pada populasi dewasa, dengan
deteriorasi progresif. Catatan masa lalu RCM cukup buruk khususnya pada anak-anak dengan kegagalan jantung. Penderita
dewasa mengalami perjalanan penyakit gagal jantung yang memanjang dan dapat
terjadi sirosis jantung dan tromboembolisme. Pasien yang tidak memberikan
respons yang baik terhadap terapi suportif (refraktori) biasanya meninggal
dunia karena kegagalan jantung jenis low-output
terkecuali pasien tersebut memenuhi syarat dan menjalankan prosedur
transplantasi jantung.
Daftar Pustaka / Referensi
- Sasaki N, Garcia M, Ko HH, Sharma S, Parness IA, Srivastava S. Applicability of published guidelines for assessment of left ventricular diastolic function in adults to children with restrictive cardiomyopathy: an observational study. Pediatr Cardiol. 2014 Sep 6.
- Braunwald E, Abelmann WH. Atlas of Heart Diseases. 1994. Vol 2.: 53-61.
- Leya FS, Arab D, Joyal D, Shioura KM, Lewis BE, Steen LH, et al. The efficacy of brain natriuretic peptide levels in differentiating constrictive pericarditis from restrictive cardiomyopathy. J Am Coll Cardiol. 2005 Jun 7. 45(11):1900-2.
- Tintinalli JE, Kelen GD, Stapczynski JS, eds. Emergency Medicine: A Comprehensive Study Guide. McGraw-Hill; 2004. 381.
- Topilsky Y, Pereira NL, Shah DK, et al. Left ventricular assist device therapy in patients with restrictive and hypertrophic cardiomyopathy. Circ Heart Fail. 2011 May. 4(3):266-75.
- Uriel N, Vainrib A, Jorde UP, Cotarlan V, Farr M, Cheema FH. Mediastinal radiation and adverse outcomes after heart transplantation. J Heart Lung Transplant. 2010 Mar. 29(3):378-81.
- [Guideline] Hershberger RE, Lindenfeld J, Mestroni L, Seidman CE, Taylor MR, Towbin JA. Genetic evaluation of cardiomyopathy--a Heart Failure Society of America practice guideline. J Card Fail. 2009 Mar. 15(2):83-97.
- Hancock, EW (September 2001). "Differential diagnosis of restrictive cardiomyopathy and constrictive pericarditis". Heart (British Cardiac Society) 86 (3): 343–9.
- "restrictive cardiomyopathy" dari Dorland's Medical Dictionary
- Crawford, Michael H. (2003). Current diagnosis & treatment in cardiology. New York: Lange Medical Books/McGraw-Hill. p. 188.
- Stöllberger, C.; Finsterer, J. (2007). "Extracardiac medical and neuromuscular implications in restrictive cardiomyopathy". Clinical Cardiology 30 (8): 375–380.
- "Restrictive Cardiomyopathy Treatment & Management". 2014-12-18.
- Pollak, A; Falk, R H (1993-08-01). "Left ventricular systolic dysfunction precipitated by verapamil in cardiac amyloidosis.". Chest 104 (2): 618–620.
- Gertz, Morie A.; Falk, Rodney H.; Skinner, Martha; Cohen, Alan S.; Kyle, Robert A. (1985-06-01). "Worsening of congestive heart failure in amyloid heart disease treated by calcium channel-blocking agents". American Journal of Cardiology 55 (13): 1645. Retrieved 2015-06-10.
- Artz, null; Wynne, null (2000-10). "Restrictive Cardiomyopathy". Current Treatment Options in Cardiovascular Medicine 2 (5): 431–438.
- Kushwaha SS, Fallon JT, Fuster V. Restrictive cardiomyopathy. N Engl J Med. 1997 Jan 23. 336(4):267-76.
- Goldstein JA. Differentiation of constrictive pericarditis and restrictive cardiomyopathy. ACC Ed Highlights. 1998 Fall. 14-22.
- Amaki M, Savino J, Ain DL, Sanz J, Pedrizzetti G, Kulkarni H, et al. Diagnostic concordance of echocardiography and cardiac magnetic resonance-based tissue tracking for differentiating constrictive pericarditis from restrictive cardiomyopathy. Circ Cardiovasc Imaging. 2014 Sep. 7(5):819-27.
- Schlant RC, Alexander RW, eds. The Heart. McGraw-Hill; 1994. 1637-45.
- Higano ST, Azrak E, Tahirkheli NK, Kern MJ. Hemodynamic rounds series II: hemodynamics of constrictive physiology: influence of respiratory dynamics on ventricular pressures. Catheter Cardiovasc Interv. 1999 Apr. 46(4):473-86.
- Towbin JA. Inherited Cardiomyopathies. Circ J. 2014 Sep 2.
- Peled Y, Gramlich M, Yoskovitz G, Feinberg MS, Afek A, Polak-Charcon S, et al. Titin mutation in familial restrictive cardiomyopathy. Int J Cardiol. 2014 Jan 15. 171(1):24-30.
- [Guideline] Lindenfeld J, Albert NM, Boehmer JP, et al, for the Heart Failure Society of America. HFSA 2010 Comprehensive Heart Failure Practice Guideline. J Card Fail. 2010 Jun. 16(6):e1-194.
- Davies MJ, Mann JM. Systemic pathology. The Cardiovascular System. 1995. Vol 10: 1409-16.
- Wald DS, Gray HH. Restrictive cardiomyopathy in systemic amyloidosis. QJM. 2003 May. 96(5):380-2.
Kata Kunci
Pencarian : Kardiomiopati Restriktif, RCM, Ilmu Penyakit Dalam, Kardiologi, skripsi,
karya tulis ilmiah, referat, makalah, artikel, jurnal, tesis, desertasi, makalah, refrat, tugas, SKP (Satuan Kredit Profesi), Kompetensi, pdf, word, .pdf, .doc, .docx, modul BBDM, Belajar Bertolak Dari Masalah, Problem Based Learning, askep (asuhan keperawatan)
0 comments:
Posting Komentar