Definisi
Stenosis katup aorta (aortic stenosis) adalah kondisi dimana
terjadi penyempitan pada tempat keluarnya ventrikel kiri yaitu katup
semilunaris aorta atau lebih dikenal
sebagai katup aorta. Stenosis Aorta pertama kali dikenali oleh dokter
berkebangsaan perancis bernama Lazare
Rivière pada tahun 1663. Menurut Otto
CM, stenosis aorta (SA) adalah penyempitan abnormal dari klep (katup) aorta
(aortic valve). Beberapa kondisi tertentu menyebabkan penyakit yang berakibat
pada penyempitan dari klep aorta. Ketika derajat dari penyempitan menjadi cukup
signifikan untuk menghalangi aliran darah dari bilik kiri ke arteri-arteri,
akan berakibat berkembangnya persoalan-persoalan jantung. Sedangkan menurut Stewart WJ dan Carabello BA, SA adalah penyempitan pada lubang katup aorta, yang
menyebabkan meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari ventrikel kiri ke
aorta. Pada orang tua, penyakit jantung reuma dan perkapuran merupakan penyebab tersering.
Stenosis dapat disebabkan
kelainan kongenital seperti aorta bikuspid dengan lubang kecil dan katup aorta
unikuspid, yang biasanya menimbulkan gejala dini. Lesi stenosis kongenital yang
paling sering terjadi adalah katup aorta bikuspid. Stenosis memperkecil orifisium
aorta normal yang memiliki luas 2 sampai 3 cm2 dan menimbulkan resistansi
terhadap semburan (ejeksi). Terbentuk gradien tekanan sistolik antara ventrikel
kiri dan jalur aliran keluar arteri sistemik. Kemudian terjadi hipertrofi
konsentrik ventrikel kiri, dan jika parah, terjadi peningkatan tekanan
diastolik-akhir, penurunan fraksi ejeksi, dan penurunan curah jantung.
Ilustrasi Stenosis Aorta (dikutip dari wikipedia.org) |
Untuk lebih mudah memahami mengenai stenosis aorta ada baiknya kita review kembali mengenai anatomi jantung : Organ jantung terdiri atas 4 ruang, yaitu 2 ruang yang berdinding tipis disebut dengan atrium (serambi), dan 2 ruang yang berdinding tebal yang disebut dengan ventrikel (bilik). Atrium dan ventrikel jantung ini masing-masing akan dipisahkan oleh sebuah katup, sedangkan sisi kanan dan kiri jantung akan dipisahkan oleh sebuah sekat yang dinamakan dengan septum.
Septum atau sekat ini adalah suatu partisi otot continue yang mencegah
percampuran darah dari kedua sisi jantung. Pemisahan ini sangat penting karena
separuh jantung kanan menerima dan juga memompa darah yang beroksigen rendah
sedangkan sisi jantung sebelah kiri adalah berfungsi untuk memompa darah yang
beroksigen tinggi. Dan fungsi katup jantung dalam hal ini adalah terutama agar
darah yang telah terpompa tersebut tidak kembali masuk ke dalam lagi.
Sirkulasi darah jantung dan juga cara
kerja jantung itu harus terdiri dari tiga komponen penting. Komponen
yang memegang peranan penting dalam menjalankan fungsi dan kerja jantung
terdiri dari :
- Jantung sendiri yang mempunyai fungsi sebagai
pompa yang melakukan tekanan terhadap darah agar timbul gradien dan darah
dapat mengalir ke seluruh tubuh.
- Pembuluh darah yang mempunyai fungsi sebagai
saluran untuk mendistribusikan darah dari jantung ke semua bagian tubuh
dan mengembalikannya kembali ke dalam jantung sendiri.
- Darah yang mempunyai fungsi sebagai medium transportasi dimana darah akan membawa oksigen dan nutrisi.
Jantung
terdiri dari beberapa ruang jantung yaitu atrium dan ventrikel yang
masing-masing dari ruang jantung tersebut dibagi menjadi dua yaitu atrium kanan
kiri, serta ventrikel kiri dan kanan.
a.
Atrium.
Berikut
fungsi dari masing-masing atrium jantung tersebut yaitu :
- Atrium kanan berfungsi sebagai penampungan (reservoir) darah yang rendah oksigen dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir melalui vena kava superior, vena kava inferior, serta sinus koronarius yang berasal dari jantung sendiri. Kemudian darah dipompakan ke ventrikel kanan dan selanjutnya ke paru. Atrium kanan menerima darah de-oksigen dari tubuh melalui vena kava superior (kepala dan tubuh bagian atas) dan inferior vena kava (kaki dan dada lebih rendah). Simpul sinoatrial mengirimkan impuls yang menyebabkan jaringan otot jantung dari atrium berkontraksi dengan cara yang terkoordinasi seperti gelombang. Katup trikuspid yang memisahkan atrium kanan dari ventrikel kanan, akan terbuka untuk membiarkan darah de-oksigen dikumpulkan di atrium kanan mengalir ke ventrikel kanan.
- Atrium kiri menerima darah yang kaya oksigen dari kedua paru melalui 4 buah vena pulmonalis. Kemudian darah mengalir ke ventrikel kiri dan selanjutnya ke seluruh tubuh melalui aorta. Atrium kiri menerima darah beroksigen dari paru-paru melalui vena paru-paru. Sebagai kontraksi dipicu oleh node sinoatrial kemajuan melalui atrium, darah melewati katup mitral ke ventrikel kiri
b.
Ventrikel.
Berikut
adalah fungsi dan manfaat ventrikel yaitu :
- Ventrikel kanan menerima darah dari atrium kanan dan dipompakan ke paru-paru melalui arteri pulmonalis. Ventrikel kanan menerima darah de-oksigen sebagai kontrak atrium kanan. Katup paru menuju ke arteri paru tertutup, memungkinkan untuk mengisi ventrikel dengan darah. Setelah ventrikel penuh, mereka kontrak. Sebagai kontrak ventrikel kanan, menutup katup trikuspid dan katup paru terbuka. Penutupan katup trikuspid mencegah darah dari dukungan ke atrium kanan dan pembukaan katup paru memungkinkan darah mengalir ke arteri pulmonalis menuju paru-paru.
- Ventrikel kiri menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan ke seluruh tubuh melalui aorta. Ventrikel kiri menerima darah yang mengandung oksigen sebagai kontrak atrium kiri. Darah melewati katup mitral ke ventrikel kiri. Katup aorta menuju aorta tertutup, memungkinkan untuk mengisi ventrikel dengan darah. Setelah ventrikel penuh, dan berkontraksi. Sebagai kontrak ventrikel kiri, menutup katup mitral dan katup aorta terbuka. Penutupan katup mitral mencegah darah dari dukungan ke atrium kiri dan pembukaan katup aorta memungkinkan darah mengalir ke aorta dan mengalir ke seluruh tubuh.
Jantung
ketika bekerja secara berselang-seling berkontraksi untuk mengosongkan isi
jantung dan juga berelaksasi dalam rangka mengisi darah kembali. Siklus jantung
terdiri atas periode sistol (kontraksi dan pengosongan isi) dan juga periode
diastol (relaksasi dan pengisian jantung). Atrium dan ventrikel mengalami
siklus sistol dan diastol terpisah. Kontraksi terjadi akibat penyebaran
eksitasi (mekanisme listrik jantung) ke seluruh jantung. Sedangkan relaksasi
timbul setelah repolarisasi atau tahapan relaksasi dari otot jantung.
Sirkulasi jantung itu terdiri dari
peredaran darah besar dan juga peredaran darah kecil. Darah yang kembali dari
sirkulasi sistemik (dari seluruh tubuh) masuk ke atrium kanan melalui vena
besar yang dikenal sebagai vena kava. Darah yang masuk ke atrium kanan berasal
dari jaringan tubuh, telah diambil O2-nya dan ditambahi dengan CO2. Darah yang
miskin akan oksigen tersebut mengalir dari atrium kanan melalui katup ke
ventrikel kanan, yang memompanya keluar melalui arteri pulmonalis ke paru.
Dengan demikian, sisi kanan jantung memompa darah yang miskin oksigen ke
sirkulasi paru. Di dalam paru, darah akan kehilangan CO2-nya dan menyerap O2
segar sebelum dikembalikan ke atrium kiri melalui vena pulmonalis.
Darah kaya oksigen yang kembali ke
atrium kiri ini kemudian mengalir ke dalam ventrikel kiri, bilik pompa yang
memompa atau mendorong darah ke semus sistim tubuh kecuali paru. Jadi, sisi
kiri jantung memompa darah yang kaya akan O2 ke dalam sirkulasi sistemik.
Arteri besar yang membawa darah menjauhi ventrikel kiri adalah aorta. Aorta
bercabang menjadi arteri besar dan mendarahi berbagai jaringan tubuh.
Katub jantung ini terdiri dari 4
yaitu :
- Katup Trikuspidalis. Katup trikuspidalis berada diantara atrium kanan dan ventrikel kanan. Bila katup ini terbuka, maka darah akan mengalir dari atrium kanan menuju ventrikel kanan. Katup trikuspid berfungsi mencegah kembalinya aliran darah menuju atrium kanan dengan cara menutup pada saat kontraksi ventrikel. Sesuai dengan namanya, katup trikuspid terdiri dari 3 daun katup.
- Katup Pulmonal. Setelah katup trikuspid tertutup, darah akan mengalir dari dalam ventrikel kanan melalui trunkus pulmonalis. Trunkus pulmonalis bercabang menjadi arteri pulmonalis kanan dan kiri yang akan berhubungan dengan jaringan paru kanan dan kiri. Pada pangkal trunkus pulmonalis terdapat katup pulmonalis yang terdiri dari 3 daun katup yang terbuka bila ventrikel kanan berkontraksi dan menutup bila ventrikel kanan relaksasi, sehingga memungkinkan darah mengalir dari ventrikel kanan menuju arteri pulmonalis.
- Katup Bikuspid (Bikuspidalis). Katup bikuspid atau katup mitral mengatur aliran darah dari atrium kiri menuju ventrikel kiri. Seperti katup trikuspid, katup bikuspid menutup pada saat kontraksi ventrikel. Katup bikuspid terdiri dari dua daun katup
- Katup Aorta. Katup aorta terdiri dari 3 daun katup yang terdapat pada pangkal aorta. Katup ini akan membuka pada saat ventrikel kiri berkontraksi sehingga darah akan mengalir keseluruh tubuh. Sebaliknya katup akan menutup pada saat ventrikel kiri relaksasi, sehingga mencegah darah masuk kembali kedalam ventrikel kiri.
Epidemiologi
Stenosis
katup aorta ditemukan pada sekitar 2% orang diatas 65 tahun, 3% di atas 75
tahun, dan 4% dari orang di atas 85 tahun. Prevalensi semakin meningkat pada
populasi penduduk lanjut usia di Amerika Utara dan Eropa. Faktor risiko yang
dapat mempengaruhi perkembangan penyakit stenosis aorta diantaranya adalah
kebiasaan gaya hidup yang biasanya juga berpengaruh terhadap penyakit jantung
koroner, seperti hipertensi, lanjut usia, laki-laki, diabetes mellitus,
merokok, hiperlipidemia, sindroma metabolik dan penyakit ginjal tahap
akhir.
Etiologi
Ada berbagai macam penyebab stenosis aorta. Namun yang
paling sering adalah RHD (Rheumatic Heart Disease) atau yang biasa kita kenal
dengan demam rematik. Berikut beberapa etiologi stenosis katup aorta :
1.
Demam rheumatik
Komplikasi
dari demam rematik adalah adanya sepsis atau menyebarnya kuman atau bakteri
melalui aliran darah ke seluruh tubuh sehingga menyebabkan sampainya kuman atau
bakteri tersebut ke jantung. Saat kuman tersebut mencapai katup aorta maka
terjadilah kematian jaringan pada katup aorta. Jaringan yang mati ini dapat
menyebabkan penumpukan kalsium yang dikemudian hari dapat menyebabkan stenosis
aorta. Demam reumatik dapat menyebabkan kerusakan pada lebih dari satu katup
jantung dalam berbegai cara. Kerusakan katup jantung dapat berupa
ketidakmampuan katup untuk membuka atau menutup bahkan keduanya.
2.
Kelainan kongenital
Jumlah bayi yang
lahir dengan kelainan kongenital berupa penyempitan katup aorta sebenarnya
tidak banyak. Namun beberapa dilahirkan dengan katup aorta yang hanya mempunyai
dua kuncup / leaflet (normal katup
aorta terdiri dari tiga kuncup / leaflet
). Pada katup aorta dengan dua kuncup dapat tidak menimbulkan masalah ataupun
gejala yang berarti sampai ia dewasa dimana katup mengalami kelemahan dan
penyempitan sehingga membutuhkan penanganan medis.
3.
Penumpukan kalsium pada daun katup
Seiring bertambahnya
usia, katup pada jantung dapat mengalami akumulasi kalsium (kalsifikasi katup
aorta). Kalsium merupakan mineral yang dapat ditemukan pada darah. Bersamaan
dengan aliran darah yang terus-menerus melewati katup aorta maka menimbulkan
akumulasi kalsium pada katup jantung yang kemudian dapat menimbulkan
penyempitan pada katup aorta jantung. Oleh karena itulah stenosis aorta yang
berasal dari proses kalsifikasi banyak terjadi pada lanjut usia di atas 65
tahun, namun gejalanya beru timbul saat pasien berusia 70 tahun.
Tipe
|
Patofisiologi
|
Gambaran Klinis
|
Kongenital
|
Katup
dapat unikuspid, bikuspid, atau trikuspid dengan daun-daun katup yang
sebagian menyatu. Kelainan aliran darah dapat menyebabkan fibrosis dan
kalsifikasi daun katup
|
Pasien
biasanya mengalami gejala sebelum usia 30 tahun
|
Reumatik
|
Peradangan jaringan menyebabkan
perlekatan dan penyatuan komisura. Fibrosis dan kalsifikasi daun katup dapat
terjadi akibat aliran turbulensi yang terus menerus.
|
Pasien biasanya mengalami gejala
antara usia 30 dan 70 tahun. Katup juga sering mengalami regurgitasi.
Kelainan katup mitral sering menyertai.
|
Degeneratif
|
Daun
katup menjadi kaku akibat pengendapan kalsium di pangkal. Ujung daun katup
relatif normal.
|
Kausa
tersering stenosis aorta pada pasien berusia lebih dari 70 tahun. Banyak
dijumpai pada pasien dengan diabetes atau hiperkolesterolemia.
|
Patofisiologi
Ketika ventikel kiri berkontraksi, terjadi pendorongan darah melalui katup aorta menuju aorta yang pada akhirnya akan dialirkan ke seluruh tubuh. Ketika ventrikel kiri berrelaksasi (membesar), maka katup aorta akan menutup yang mana hal ini akan mencegah darah untuk mengalir balik dari aorta ke ventrikel kiri (regurgitasi). Pada stenosis aorta, lubang pembukaan katup aorta menjadi lebih sempit atau kaku (stenosis) (misalnya karena kalsifikasi). Stenosis aorta degeneratif, yaitu jenis yang paling umum, dan kelainan stenosis aorta bikuspid, kedua keadaan ini memulai proses patologi dengan kerusakan pada sel endotelial akibat dari stres mekanis. Inflamasi diduga terlibat pada tahap awal patogenesis SA dan dikaitkan dengan faktor-faktor risiko yang diketahui mengakibatkan penumpukan kolesterol LDL dan zat berbahaya seperti lipoprotein ke dalam katup aorta yang akan mengakibatkan kerusakan yang signifikan dan seiring waktu akan terjadi stenosis.
Ketika ventikel kiri berkontraksi, terjadi pendorongan darah melalui katup aorta menuju aorta yang pada akhirnya akan dialirkan ke seluruh tubuh. Ketika ventrikel kiri berrelaksasi (membesar), maka katup aorta akan menutup yang mana hal ini akan mencegah darah untuk mengalir balik dari aorta ke ventrikel kiri (regurgitasi). Pada stenosis aorta, lubang pembukaan katup aorta menjadi lebih sempit atau kaku (stenosis) (misalnya karena kalsifikasi). Stenosis aorta degeneratif, yaitu jenis yang paling umum, dan kelainan stenosis aorta bikuspid, kedua keadaan ini memulai proses patologi dengan kerusakan pada sel endotelial akibat dari stres mekanis. Inflamasi diduga terlibat pada tahap awal patogenesis SA dan dikaitkan dengan faktor-faktor risiko yang diketahui mengakibatkan penumpukan kolesterol LDL dan zat berbahaya seperti lipoprotein ke dalam katup aorta yang akan mengakibatkan kerusakan yang signifikan dan seiring waktu akan terjadi stenosis.
Sebagai konsekuensi stenosis ini,
ventrikel kiri harus berkompensasi dengan menghasilkan tekanan yang lebih besar
pada tiap kontraksi agar darah dapat secara efektif masuk ke aorta. Pada tahap awalnya,
ventrikel kiri menghasilkan tekanan yang lebih besar dengan cara menebalkan
dinding ototnya (hipertrofi miokard). Tipe hipertrofi yang paling umum
ditemukan pada SA adalah jenis hipertrofi konsentrik (concentric hypertrophy),
yaitu dimana penebalan dinding ventrikel terjadi secara (kira-kira) merata.
Pada tahap-tahap selanjutnya,
ventrikel kiri berdilatasi, dindingnya mengalami penipisan, dan fungsi sistolik
mengalami penurunan, yang berakibat pada gangguan kemampuan untuk memompa maju
darah. Innasimuthu dan Morris et al. menunjukkan bahwa struktur anatomis
koroner tertentu berhubungan dengan penyakit katup tertentu. Penelitian sedang
berjalan untuk melihat apakah kondisi anatomis koroner tertentu menghasilkan
aliran turbulen pada tingkat katup yang berakibat pada inflamasi dan
degenerasi.
Stenosis aorta menyebabkan tahanan
dan perbedaan tekanan selama sistolik antara ventrikel kiri dan aorta.
Peningkatan tekanan ventrikel kiri menghasilkan tekanan yang berlebihan pada
ventrikel kiri, yang dicoba diatasi dengan meningkatkan ketebalan dinding
ventrikel kiri (hipertrofi ventrikel kiri). Pelebaran ruang ventrikel kiri
terjadi sampai kontraktilitas miokard menurun. Tekanan akhir diastolik
ventrikel kiri meningkat. Kontraksi atrium menambah volume darah diastolik
ventrikel kiri. Hal ini akan mengakibatkan pembesaran atrium kiri. Akhirnya
beban ventrikel kiri yang terus menerus akan menyebabkan pelebaran ventrikel
kiri dan menurunkan kontraktilitas miokard. Iskemia miokard timbul akibat
kurangnya aliran darah koroner ke miokard yang hipertrofi.
Ukuran normal orifisium aorta adalah
3-4 cm2, Gradien ventrikel kiri dengan aorta mulai terlihat bila
area katup aorta < 1.5 cm2. Bila area katup mitral < 1 cm2,
maka stenosis aorta sudah disebut berat. Kemampuan adaptasi miokard
menghadapi stenosis aorta menyebabkan manifestasi baru muncul bertahun-tahun
kemudian. Hambatan aliran darah pada stenosis katup aorta (progressive pressure
overload of left ventricle akibat stenosis aorta) akan merangsang mekanisme RAA
(Renin-Angiotensin-Aldosteron) beserta mekanisme lainnya agar miokard mengalami
hipertrofi. Penambahan massa otot ventrikel kiri ini akan meningkatkan tekanan
intra-ventrikel agar dapat melampaui tahanan stenosis aorta tersebut dan
mempertahankan wall stress yang normal berdasarkan rumus Laplace: Stress =
(tekanan x radius) : 2 x ketebalan. Namun bila tahanan aorta bertambah,maka
hipertrofi akan berkembang menjadi patologik disertai penambahan jaringan
kolagen dan menyebabkan kekakuan dinding ventrikel, penurunan cadangan
diastolik, peningkatan kebutuhan miokard dan iskemia miokard . Pada akhirnya
performa ventrikel kiri akan terganggu akibat dari tidak sesuainya gerak
dinding ventrikel dan after load akhirnya terjadi mismatch. Gradien trans-valvular
menurun, tekanan arteri pulmonalis dan atrium kiri meningkat menyebabkan sesak
nafas. Gejala yang mencolok adalah sinkope, iskemia sub-endokard yang
menghasilkan angina, dan berakhir dengan gagal miokard (gagal jantung
kongestif). Angina timbul karena iskemia miokard akibat dari kebutuhan yang
meningkat pada hipertrofi ventrikel kiri, penurunan suplai oksigen akibat dari
penurunan cadangan koroner, dan penurunan waktu perfusi miokard akibat dari
tahanan katup aorta.
Pada
saat luasnya lumen karena stenosis menjadi kurang dari 0,8 cm2,
gradien sistolik antara ventrikel kiri dan aorta dapat melebihi 150 mmHg.
Obstruksi aliran keluar yang tetap ini memberi beban besar pada ventrikel.
Mekanisme kompensasi jantung dapat dipahami dengan memeriksa hukum Laplace unuk
suatu bola, ketika stres dinding (T) sebanding dengan hasil kali tekanan
transmural (P) dan jari-jari rongga (r) dan berbanding terbalik dengan
ketebalan (W):
Sebagai
respon terhadap beban tekanan (peningkatan P), ketebalan dinding ventrikel kiri
meningkat pesat, sementara radius rongga relatif tidak berubah, melalui
replikasi paralel sarkomer. Perubahan kompensatorik ini yang disebut
“hipertrofi konsentris”, mengurangi peningkatan tegangan pada dinding yang
dijumpai pada stenosis aorta.
Ventrikel kiri
mempunyai cadangan daya pompa yang cukup besar. Misalnya, ventrikel kiri yang
dalam keadaan normal menghasilkan tekanan sistolik sebesar 120 mmHg, dapat
meningkatkan tekanan itu menjadi 300 mmHg selama kontraksi ventrikel. Untuk
mengompensasi dan mempertahankan curah jantung, ventrikel kiri tidak hanya
memperbesar tekanan tetapi juga mempertahankan waktu ejeksi. Oleh karena itu
meskipun terjadi penyempitan progresif pada orifisium aorta yang menyebabkan
peningkatan kerja ventrikel, efisiensi mekanis jantung masih dapat
dipertahankan dalam waktu lama. Namun, akhirnya kemampuan ventrikel kiri untuk
menyesuaikan diri terlampaui. Timbul gejala-gejala progresif yang mendahului
titik kritis dalam perjalanan stenosis aorta. Titik kritis pada stenosis aorta
adalah bila lumen katup aorta mengecil dari ukuran 3-4 cm2 menjadi
kurang dari 0,8 cm2. Biasanya tidak terdapat perbedaan tekanan pada
kedua sisi katup sampai ukuran lumen berkurang menjadi 50%.
Trias gejala khas yang berkaitan
dengan stenosis aorta : (1) angina, (2) sinkop, dan (3) kegagalan ventrikel
kiri. Apabila diabaikan, gejala-gejala ini menandakan prognosis yang buruk
dengan kemungkinan hidup rata-rata kurang dari lima tahun. Kegagalan ventrikel
kiri merupakan indikasi dekompensasi jantung. Angina ditimbulkan oleh
ketidakseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan oksigen miokardium; kebutuhan
oksigen meningkat karena hipertrofi dan peningkatan kerja miokardium, sedangkan
penyediaan oksigen kemungkinan besar berkurang karena penekanan sistolik yang
kuat pada arteria koronaria oleh otot yang hipertrofi. Selain itu, pada
hipertrofi miokardium terdapat penurunan perbandingan kapiler terhadap serabut
otot. Oleh karena itu jarak difusi oksigen bertambah dan hal ini agaknya
mengurangi persediaan oksigen miokardium. Lapisan sub endokardial ventrikel
kiri merupakan lapisan yanng paling rentan. Sinkop terjadi terutama saat
beraktivitas akibat aritmia atau kegagalan untuk meningkatkan curah jantung
yang memadai untuk memertahankan perfusi otak.
Kegagalan ventrikel progresif
mengganggu pengosongan ventrikel. Curah jantung menurun dan volume ventrikel
bertambah. Akibatnya ventrikel mengalami dilatasi dan kadang-kadang disertai
regurgitasi fungsional katup mitralis. Stenosis aorta lanjut dapat disertai
kongesti paru-paru berat. Kegagalan ventrikel kanan dan kongesti vena sistemik
merupakan petunjuk bahwa penyakit berada dalam stadium akhir. Stenosis aorta
biasanya tidak berkembang pada stadium ini. Jarangnya terjadi kegagalan jantung
kanan pada keadaan ini kemungkinan akibat tingginya angka kematian akibat gagal
jantung kiri yang terjadi dalam perjalanan penyakit yang lebih awal. Selain
itu, terdapat insiden kematian mendadak yang tinggi pada penderita stenosis
aorta berat. Patogenesis kematian mendadak ini masih kontroversial, tetapi
biasanya dicetuskan oleh kerja berat.
Sinkop umumnya timbul saat aktifitas
karena ketidakmampuan jantung memenuhi peningkatan curah jantung saat aktifitas
ditambah dengan reaksi penurunan resistensi perifer. Hipotensi dan sinkop dapat
timbul karena aritmia supra maupun ventricular, rangsangan baroreseptor karena
peningkatan tekanan akhir diastolik.
Gangguan fungsi diastolik maupun
sistolik ventrikel kiri dapat terjadi pada stenosis aorta yang dapat
diidentifikasi dari pemeriksaan jasmani, foto toraks dan peningkatan Peptida
Natriuretik. Hipertrofi ventrikel akan meningkatkan kekakuan seluruh dinding
jantung. Deposisi kolagen akan menambah kekakuan miokard dan menyebabkan disfungsi
diastolik. Setelah penebalan miokard mencapai titik maksimal, maka wall stress
tidak lagi dinormalisasi sehingga terjadi peninggian tekanan diastolik
ventrikel kiri menghasilkan penurunan fraksi ejeksi dan penurunan curah jantung
yang disebut sebagai disfungsi sistolik
Manifestasi Klinis
Biasanya gejala timbul setelah
penyakit ini berjalan lanjut. Gejala tersering adalah angina pektoris. Aterosklerosis
koroner sering ditemukan pada pasien dewasa dengan stenosis aorta. Iskemia
miokard timbul pada pasien dewasa dengan stenosis koroner dan kebutuhan oksigen
ventrikel kiri lebih besar pada peningkatan massa otot ventrikel kiri pasien dewasa dengan
stenosis koroner dan kebutuhan oksigen ventrikel kiri lebih besar pada
peningkatan massa otot ventrikel kiri. Pasokan oksigen menurun sampai tingkat
subendokardial ventrikel kiri sebagai akibat peningkatan tekanan dinding
sistolik di daerah tersebut. Pasien yang mengalami gagal jantung akan memperlihatkan gejala dispnea yang menonjol dan
daya tahan hidup hanya mungkin kira-kira 2 tahun.
Stenosis katup aorta dapat terjadi
dari tahap ringan hingga berat. Tipe gejala dari stenosis katup aorta
berkembang ketika penyempitan katup semakin parah. Regurgitasi katup aorta
terjadi secara bertahap terkadang bahkan tanpa gejala hal ini dikarenakan
jantung telah dapat mengkompensasi penurunan kondisi katup aorta. Berikut
manifestasi klinis dari stenosis katup aorta :
- Sesak
napas
Sesak nafas
dari gagal jantung adalah tanda yang paling tidak menyenangkan. Ia mencerminkan
kegagalan otot jantung untuk mengkompensasi beban tekanan yang ekstrim dari
aortic stenosis. Sesak napas disebabkan oleh tekanan yang meningkat pada
pembuluh-pembuluh darah dari paru yang disebabkan oleh tekanan yang meningkat
yang diperlukan untuk mengisi ventricle kiri. Awalnya, sesak napas terjadi
hanya sewaktu aktivitas. Ketika penyakit berlanjut, sesak napas terjadi waktu
istirahat. Pasien-pasien dapat menemukannya sulit untuk berbaring tanpa menjadi
sesak napas (orthopnea). Tanpa perawatan, harapan hidup rata-rata setelah
timbulnya gagal jantung yang disebabkan oleh aortic stenosis adalah antara 6
sampai 24 bulan.
- Angina
pektoris
Atau disebut
juga nyeri dada adalah gejala pertama pada sepertiga dari pasien-pasien dan
akhirnya pada setengah dari pasien-pasien dengan aortic stenosis. Nyeri dada
pada pasien-pasien dengan aortic stenosis adalah sama dengan nyeri dada
(angina) yang dialami oleh pasien-pasien dengan penyakit arteri koroner (coronary
artery disease). Pada keduanya dari kondisi-kondisi ini, nyeri digambarkan
sebagai tekanan dibahwah tulang dada yang dicetuskan oleh pengerahan tenaga dan
dihilangkan dengan beristirahat. Pada pasien-pasien dengan penyakit arteri
koroner, nyeri dada disebabkan oleh suplai darah yang tidak cukup ke otot-otot
jantung karena arteri-arteri koroner yang menyempit. Pada pasien-pasien dengan
aortic stenosis, nyeri dada seringkali terjadi tanpa segala penyempitan dari
arteri-arteri koroner yang mendasarinya. Otot jantung yang menebal harus
memompa melawan tekanan yang tinggi untuk mendorong darah melalui klep aortic
yang menyempit. Ini meningkatkan permintaan oksigen otot jantung yang melebihi
suplai yang dikirim dalam darah, menyebabkan nyeri dada (angina).
Ciri-ciri
angina :
Biasanya
penderita merasakan angina sebagai rasa tertekan atau rasa sakit di bawah
tulang dada (sternum).
Nyeri juga
bisa dirasakan di:
- Bahu kiri atau di lengan kiri sebelah dalam.
- Punggung
- Tenggorokan, rahang atau gigi
- Lengan kanan (kadang-kadang).
Banyak
penderita yang menggambarkan perasaan ini sebagai rasa tidak nyaman dan bukan
nyeri.
Yang khas
adalah bahwa angina:
- dipicu oleh aktivitas fisik
- berlangsung tidak lebih dari beberapa menit
- akan menghilang jika penderita beristirahat.
Kadang
penderita bisa meramalkan akan terjadinya angina setelah melakukan kegiatan
tertentu.
Angina
seringkali memburuk jika:
- aktivitas fisik dilakukan setelah makan
- cuaca dingin
- stres emosional.
- Pingsan
(syncope)
Pingsan
(syncope) yang berhubungan dengan aortic stenosis biasanya dihubungkan dengan
pengerahan tenaga atau kegembiraan. Kondisi-kondisi ini menyebabkan relaksasi
(pengenduran) dari pembuluh-pembuluh darah tubuh (vasodilatasi), menurunkan
tekanan darah. Pada aortic stenosis, jantung tidak mampu untuk meningkatkan
hasil untuk mengkompensasi jatuhnya tekanan darah. Oleh karenanya, aliran darah
ke otak berkurang, menyebabkan pingsan. Pingsan dapat juga terjadi ketika cardiac output berkurang oleh suatu
denyut jantung yang tidak teratur (arrhythmia). Tanpa perawatan yang efektif,
harapan hidup rata-rata adalah kurang dari tiga tahun setelah timbulnya nyeri
dada atau gejala-gejala syncope.
Pemeriksaan fisik pada aorta
stenosis yang berat menunjukkan penyempitan tekanan nadi dan perlambatan
lonjakan denyut arteri. Amplitudo yang berkurang dengan puncak nadi yang
terlambat ini disebut pulvus tardus et tardus. Impuls apeks tidak
berpindah ke lateral, lamanya impuls dapat memanjang. Getaran sistolik dapat
dirasakan pada ruang interkostal ke-2 dekat sternum dan dekat leher. Pada
auskultasi murmur sistolik diamond shaped, bunyi A2 melemah (intensitas
penutupan katup aorta menurun), regurgitasi aorta melemah, dan paradoxical
splitting bunyi kedua. Bising sistolik terdengar lebih keras di apeks pada
pasien-pasien lebih tua, biasanya menyebar ke lateral. Sulit membedakan bising
stenosis aorta dan bunyi bruit arteri karotis yang sering timbul pada orang
tua. Bising bisa tidak terdengar atau disalah artikan sebagai tidak penting
pada pasien dengan emfisema paru yang berat atau stenosis mitral. Pada pasien muda, bunyi ejeksi sistolik terdengar
paling jelas di apeks.
Diagnosis
Stenosis aorta lebih sering
didiagnosis pada saat asimtomatis dan kadangkala dideteksi pada saat
pemeriksaan rutin jantung atau sistem sirkulasi. Telah dibuktikan bahwa
beberapa karakteristik nadi periferal dapat memegang peranan penting dalam diagnosis.
Khususnya, terdapat adanya kenaikan yang lambat dan menetap dari nadi arteri
namun nadi ini memiliki volume rendah. Terkadang
hal ini dikenal sebagai pulsus parvus et
tardus . Dapat juga ditemukan delay
antara bunyi jantung pertama (pada auskultasi) dengan nadi pa terhadap sangannya
pada arteri karotis (dikenal sebagai apical-carotid
delay). Mirip dengan kejadian tersebut adalah adanya delay antara tiap nadi pada arteri brakhialis (pada lengan) dengan
arteri radialis (pada lengan).
Bunyi jantung pertama dapat diikuti
oleh suara ejeksi tajam (ejection click)
paling dapat terdengar pada batas bawah kiri sternum dan apex, sehingga dapat
terdengar seperti split. Suara ejeksi
ini, disebabkan oleh dampak aliran outflow
ventrikel kiri terhadap kuncup (leaflet) katup aorta yang menyatu sebagian, hal
ini biasanya lebih condong kepada katup aorta bikuspid ketimbang katup aorta
yang mengalami kalsifikasi. Intensitas suara ini tidak berubah seiring
respirasi, sehingga dapat membantu untuk membedakannya dengan stenosis katup
pulmonal (yang akan menghilang sedikit intensitasnya pada saat inspirasi).
Suatu suara sistolik yang mudah didengar yaitu murmur crescendo-descendo terdengar paling keras pada batas kanan atas sternum, pada spatium
interkosta ke 2, dan menjalar ke arteri karotis secara bilateral. Murmur ini
meningkat pada saat jongkok dan menurun pada saat berdiri atau kontraksi otot
isometrik seperti pada valsava maneuver,
yang dimana ini dapat membantu membedakan antara stenosis aorta dengan hypertrophic obstructive cardiomyopathy
(HOCM) Murmur ini lebih terdengar keras pada saat ekspirasi namun masih mudah
didengar pada saat inspirasi. Semakin berat derajat stenosis, maka lebih lambat
terjadinya puncak crescendo-decrescendo
dari murmur.
Bunyi jantung kedua (A2) cenderung
mengecil dan melembut apabila stenosis semakin parah. Ini merupakan akibat dari
peningkatan kalsifikasi katup yang mencegahnya untuk "snapping" pada
saat menutup yang mengeluarkan suara tajam dan keras. Dikarenakan peningkatan
tekanan pada ventrikel kiri oleh stenosis katup aorta, maka seiring waktu akan
terjadi hipertrofi, sehingga terjadi disfungsi diastolik. Akibatnya,
kemungkinan dapat terjadi bunyi jantung keempat yang dikarenakan kekakuan
ventrikel kiri. Dengan semakin meningkatnya tekanan ventrikel akan terjadi
dilatasi pada ventrikel dan dapat timbul bunyi jantung ketiga. With continued
increases in ventricular pressure, dilatation of the ventricle will occur, and
a third heart sound may be manifest.
Akhirnya, pada tahap lanjut stenosis
aorta seringkali berdampingan dengan insufisiensi / regurgitasi aorta baik
derajat ringan, sedang, berat. Maka pada pemeriksaan fisik stenosis aorta dapat
menemukan tanda-tanda insufisiensi aorta tersebut, contohnya ditemukan suatu early diastolic decrescendo murmur.
Ketika kedua kelainan katup tersebut terjadi bersamaan, tanda-tanda pemeriksaan
masing-masing yang seharusnya ditemukan dapat menjadi berubah atau bahkan ada yang menghilang. Bahkan dapat
timbul tanda yang merepresentasi
kehadiran bersamaan stenosis aorta dan insufisiensi aorta yaitu contohnya pulsus bisferiens. Tanda-tanda periferal
lain dari stenosis ini antara lain :
- Tekanan nadi yang menyempit,
- Ditemukan precordial thrill
- Apex beat (ictus cordis) yang naik-turun secara terus-menerus (yang timbul setelah terjadinya disfungsi sistolik dari ventrikel kiri)
Electrocardiogram
Meskipun
stenosis aorta tidak menunjukkan temuan spesifik khas pada EKG, namun dapat
sering ditemukan sejumlah abnormalitas EKG.
Gambaran manifestasi hipertrofi ventrikel kiri pada ECG / EKG, umum
ditemukan pada stenosis aorta dan timbul sebagai hasil dari stenosis yang
menyebabkan tekanan beban tinggi pada ventrikel kiri. (with LVH being the
expected response to chronic pressure loads on the left ventricle no matter
what the cause). Sehingga pada EKG terdapat tanda-tanda peningkatan voltase QRS, serta vektor T
terletak 180 dari QRS. Pada kasus lanjut akan ditemukan depresi
segmen ST dan inversi gelombang T (LV
strain) di sadapan I, AVL dan prekordial. Namun beratnya SA tidak bisa
disingkirkan walaupun tanpa hipertrofi ventrikel kiri pada EKG.
Sebagaimana dibahas sebelumnya,
proses kalsifikasi yang terjadi pada SA dapat berkembang dan meluas melampaui katup aorta dan sampai pada sistem konduksi
listrik jantung. Bukti dari fenomena ini adalah ditemukannya, meskipun jarang,
gambaran ECG khas kararakteristik tipe
block jantung tertentu seperti left
bundle branch block.
Heart
catheterization
Kateterisasi ruang jantung
menyediakan suatu diagnosis definitif, yang mengindikasikan stenosis berat
dengan luas area <1 cm2. Tindakan ini dapat secara langsung
mengukur tekanan pada kedua sisi katup aorta. Gradien tekanan dapat digunakan
untuk penentuan pengobatan, tindakan ini bermanfaat pada pasien simptomatik
sebelum pembedahan. Standard untuk diagnosis SA adalah dengan metode
non-invasif dengan ekokardiografi. Kateterisasi jantung hanya digunakan sebagai
metode diagnosis pada kasus dimana ditemukan perbedaan antara gambaran klinis
dan pemeriksaan non-invasif, dikarenakan risiko inheren apabila melewati katup
aorta seperti stroke.
Kateterisasi jantung dan angiografi
koroner diperlukan oleh ahli bedah jantung bila direncanakan tindakan operasi
katup untuk menilai beratnya stenosis (Gradien katup dan area katup aorta),
menilai anatomi katup, fungsi sistolik ventrikel kiri dan menilai ada tidaknya
penyakit jantung koroner. Indikasi kateterisasi adalah: pasien dengan 1) SA
serta tanda iskemia miokard untuk memastikan keterlibatan arteri koronaria, 2)
kelainan multivalvular untuk memastikan kelainan di masing-masing katup, 3)
pasien SA muda asimtomatik dan non-kalsifikasi dimana tindakan valvotomi balon
masih dapat dilakukan, 4) kecurigaan obstruksi infra valvular seperti
kardiomiopati hipertrofik obstruktif.
Echocardiogram
Ekokardiografi (USG jantung) adalah
metode/pemeriksaan non-invasif terbaik untuk mengevaluasi fungsi dan anatomi
katup aorta.
Ekokardiografi sangat
membantu untuk menunjukkan penebalan dan kalsifikasi daun katup aorta. Gerak
dan jenis katup bikuspid (kongenital) atau trikuspid, hipertrofi ventrikel
kiri, fraksi ejeksi yang menggambarkan fungsi sistolik ventrikel kiri dapat
pula dinilai. Kecepatan aliran darah di katup aorta (transvalvular aortic velocity disingkat V) dapat diukur dengan
Doppler-Ekokardiografi.
Area katup aorta dapat dikalkulasi secara
non-invasif dengan velocity (kecepatan)
aliran ekokardiografik. Dengan menggunakan kecepatan darah yang melalui katup, pressure gradient (kenaikan tekanan)
pada katup dapat dihitung dengan persamaan continuity
atau persamaan Bernoulli yang telah
dimodifikasi :
Gradient =
4(velocity)² mmHg
Tingkat
keparahan Stenosis Aorta
|
||
Derajat
|
Mean gradient
(mmHg) |
Aortic valve area
(cm2) |
Mild
|
<25
|
>1.5
|
Moderate
|
25 - 40
|
1.0 - 1.5
|
Severe
|
>40
|
< 1.0
|
Very severe
|
>70
|
< 0.6
|
Sebuah katup
aorta yang normal memiliki gradient hanya
sebesar beberapa mmHg. Area katup yang mengecil menyebabkan kenaikan tekanan gradient, dan parameter-parameter
tersebut digunakan untuk mengklasifikasi tingkat keparahan SA yaitu menjadi
mild, moderate, severe dan very severe.
Namun demikian, tekanan gradient dapat menjadi rendah secara abnormal
apabila juga ditemukan stenosis mitral, gagal jantung, regurgitasi aorta dan
penyakit jantung iskemik. Treadmill
Exercise Test (Cardiac stress test) dulu dianggap
kontraindikasi pada stenosis aorta. Sekarang perlu bagi pasien stenosis aorta
asimtomatik dengan velocity
transvalvular antara 3-4 m/detik. Dobutamin stres echo dapat pula dipakai untuk
memastikan beratnya penyakit pada stenosis aorta dengan gradien transaorta
rendah atau fungsi sistolik yang menurun. Ekokardiografi juga dapat
menunjukkan hipertrofi ventrikel kiri, katup aorta yang menjadi kaku dan
menebal, serta dilatasi akar aorta, namun keadaan-keadaan ini mungkin dapat
tampak normal pada kasus yang akut.
Radiologi
Foto toraks tahap awal normal,
sedangkan pada tahap lebih lanjut jantung bisa membesar. Terlihat adanya dilatasi
pasca stenosis pada aorta asendens (akibat trauma lokal ejeksi darah bertekanan
tinggi yang mengenai dinding aorta); kalsifikasi katup (paling baik diamati
dari lateral atau oblik) dan pembesaran atrium kiri.
Penatalaksanaan
Pemberian obat biasanya untuk SA
simtomatik, tidak ada pengobatan medika mentosa untuk SA asimtomatik, tetapi
begitu timbul gejala seperti sinkop, angina atau gagal jantung segera harus
dilakukan operasi katup, tergantung pada kemampuan dokter bedah jantung (repair atau replace). Pasien asimtomatik
perlu dirujuk untuk pemeriksaan Doppler – Ekokardiografi. Transvalvular velocity lebih dari 4 m/detik dianjurkan untuk
menjalani operasi seperti pasien simtomatik.
Transvalvular
velocity kurang dari 3 m/detik tetap diobservasi saja dan dibuat
Doppler-Ekokardiografi tiap 6 (bagi mereka yang disertai penyakit jantung
koroner atau kalsifikasi sedang dan berat) atau tiap tahun bila tak ditemukan
hal dimuka. Bila transvalvular velocity antara 3-4 m/detik dianjurkan treadmill Exercise Test protokol Bruce
dengan pengawasan ketat dilakukan untuk menentukan saat operasi. Bila timbul
gejala saat tes, tekanan darah turun saat tes atau kemampuan yang sangat rendah
(digambarkan dengan waktu exercise yang sangat pendek), maka pasien dianjurkan
untuk operasi katup seperti pada pasien simtomatik.
Karena patogenesis stenosis aorta
akibat sklerosis aorta dianggap sama seperti aterosklerosis, maka semua
tindakan untuk pencegahan aterosklerosis harus diberikan untuk mencegah
progresivitas stenosis.
Aktivitas fisik berat dihindarkan
pada pasien SA berat (<0,5 cm2/m2) walaupun masih
asimtomatik. Diuretik dan digitalis diberikan bila ada tanda gagal jantung.
Statin dianjurkan untuk mencegah kalsifikasi daun katup aorta.
Operasi
dianjurkan bila area katup <1 cm2 atau 0,6 cm/m2
permukaan tubuh, disfungsi ventrikel kiri (stress
test), dilatasi pasca stenostik aorta walaupun asimtomatik. Stenosis aorta
akrena kalsifikasi biasanya terjadi pada orang tua yang telah pula mengalami
penurunan fungsi ginjal, hati dan paru. Evaluasi dari organ-organ ini
diperlukan sebelum operasi dilakukan.
Penanganan secara umum tidak
diperlukan untuk pasien tanpa gejala. Pada kasus dengan perjalanan penyakit
yang moderat, ekokardiografi dapat dilakukan setiap 1-2 tahun sekali untuk
mengetahui perkembangan penyakitnya, dapat juga diiringi dengan pemeriksaan cardiac stress test. Pada kasus yang
cukup berat, ekokardiografi dilakukan setiap 3-6 bulan sekali. Pada kasus moderat maupun kasus dengan
perjalanan penyakit yang baik, pasien harus segera mendapat perawatan dan
penanganan apabila timbul gejala-gejala yang berhubungan. Tidak ada pengobatan
khusus untuk menyembuhkan stenosis katup aorta, namun demikian beberapa studi mengindikasikan
bahwa penyakit ini merupakan hasil dari proses aktif di tingkat selluler,
sehingga fokus pada proses-proses tersebut mungkin merupakan pendekatan
pengobatan dalam upaya penyembuhan di masa yang akan datang.
Medikamentosa
Peran dan efek statin pada perkembangan penyakit SA masih belum begitu jelas.
Penelitian terakhir tidak menunjukkan manfaat yang signifikan dalam
memperlambat perkembangan stenosis aorta, akan tetapi statin terlihat dapat mengurangi kejadian penyakit jantung iskemik.
Secara umum, pemberian obat tidak terlalu efektif dalam penanganan SA. Meski
demikian, pemberian obat dapat bermanfaat dalam penanganan keadaan yang terjadi
bersamaan dan yang berhubungan dengan SA, seperti:
- Angina secara umum diberikan beta-blocker
dan/atau calcium-blocker. Nitrate merupakan kontraindikasi dikarenakan
berpotensi menyebabkan hipotensi pada stenosis aorta.
- Hipertensi harus diobati secara seksama, namun
kewaspadaan dan ketelitian perlu diterapkan pada pemberian beta-blocker.
- Gagal jantung secara umum dilakukan pemberian
digoxin dan diuretik, dan jika tidak dikontraindikasikan dapat diberikan
ACE inhibitor secara hati-hati.
Sementara
studi observasional menunjukkan hubungan antara penurunan kolesterol dan
perlambatan perkembangan penyakit dengan pemberian statin, sebuah penelitian randomized clinical trial
yang diterbitkan pada tahun 2005 tidak menemukan efek pada stenosis aorta yang
telah mengalami kalsifikasi. Namun demikian sebuah penelitian yang dilakukan
pada tahun 2007 oleh Moura LM et al. menunjukkan adanya perlambatan stenosis
aorta pada pemberian statin jenis rosuvastatin.
Penggantian
katup aorta
Pada pasien dewasa stenosis aorta
simtomatik biasanya membutuhkan tindakan penggantian katup aorta / aortic valve replacement (AVR) . AVR
telah menjadi standard penanganan SA dalam beberapa dekade terakhir. Untuk saat
ini metode penggantian katup aorta antara
lain dengan pembedahan jantung terbuka, minimally
invasive cardiac surgery (MICS) dan minimally
invasive catheter-based (percutaneous) aortic valve replacement. Katup
aorta yang memiliki kelainan tersebut biasanya digantikan melalui prosedur
pembedahan baik dengan katup mekanik maupun katup jaringan (tissue). Prosedur
ini dilakukan dengan pembedahan jantung terbuka, atau dengan cara yang belum
begitu banyak dilakukan namun mulai meningkat yaitu dengan prosedur pembedahan
jantung minimal invasif (MICS).
Pada masa awal perkembangan
pembedahan terhadap katup aorta memiliki banyak batasan dikarenakan perlunya
pembedahan dengan keadaan jantung tetap berdetak. Pada tahun 1950 katup Hufnagel diimplantasi di aorta thoracic
descendens pada pasien insufisiensi aorta. Penggantian katup aorta yang pertama
kali sukses dilakukan dilaporkan pada tahun 1960 oleh Harken,
dan penerapan dari teknik ini mulai dilakukan dan berkembang secara perlahan seiring
keterbatasan katup pengganti yang tersedia dan metode yang relatif primitif
untuk melindungi jantung pada saat berlangsungnya pembedahan yang ada pada
jaman tersebut. Dengan evolusi katup jantung mekanik dan perkembangan secara
bertahap cardiopulmonary bypass (mesin jantung-paru) serta cardioplegia, yaitu dapat menghentikan
jantung secara aman pada saat berlangsungnya pembedahan, penggantian katup
aorta menjadi terapi yang dapat diterima untuk pasien dengan stenosis aorta dan
/ atau insufisiensi aorta.
Pada perkembangan akhir-akhir ini,
sejumlah dokter bedah jantung telah melakukan prosedur penggantian katup aorta
dengan pendekatan yang dikenal sebagai pembedahan jantung invasif minimal / minimally invasive cardiac surgery
(MICS), dimana dokter bedah melakukan penggantian katup melalui irisan / insisi kecil sepanjang
antara dua sampai dengan empat inchi dengan peralatan bedah khusus dibandingkan
dengan memotong irisan sepanjang enam sampai sepuluh inchi secara vertikal di
tengah sternum. MICS melibatkan waktu pemulihan yang lebih singkat dan hasil
yang secara kosmetik lebih baik.
Alternatif lain adalah transcatheter aortic valve replacement
(TAVR), yaitu dimana sebuah katup mekanik dibawa ke lokasi katup patologis
melalui sebuah kateter. Katup pengganti dibentuk sedemikian rupa sehingga mirip
dengan cara kerja sebuah stent. Pada
saat sudah ditempatkan di lokasi yang diinginkan, katup tersebut dikembangkan,
yang kemudian akan mendorong daun katup yang terdahulu, dan menggantikan fungsi
katup yang lama. Kateter ini dimasukkan kedalam tubuh melalui arteri femoralis
atau melalui sebuah irsan kecil pada dada kemudian melalui arteri besar atau
ujung dari ventrikel kiri.
Katup
Jaringan (tissue)
Katup jantung jaringan biasanya
dibuat dari jaringan hewan, baik itu jaringan katup jantung pada hewan atau
jaringan perikardial hewan. Jaringan ini dijaga agar tidak mengalami
kalsifikasi atau penolakan pada resipien.
Ada beberapa alternatif dari katup
jaringan yang berasal dari hewan, pada beberapa kasus sebuah homograft
- katup jantung yang berasal dari manusia – dapat diimplantasikan. Katup homograft didonasikan oleh pasien lain
dan diperoleh pada saat pasien tersebut telah meninggal. Durabilitas katup homograft
sebanding dengan katup yang berasal dari jaringan sapi atau babi. Prosedur lain untuk penggantian katup aorta
adalah teknik prosedur Ross (atau
dikenal sebagai autograft pulmonal). Pada prosedur Ross, katup aorta patologis diambil dan digantikan dengan katup
pulmonal dari si pasien sendiri. Sebuah homograft
pulmonal (Katup pulmonal yang diambil dari kadaver) kemudian digunakan untuk
menggantikan katup pulmonal pasien. Prosedur ini pertama kali dilakukan pada
tahun 1967 dan dilakukan kebanyakan pada pasien anak-anak, karena prosedur ini
dapat memberi kesempatan katup pulmonal si pasien (yang kemudian berada di
posisi katup aorta) untuk tumbuh dan berkembang seiring dengan pasien anak-anak
tersebut.
Katup
Mekanik
Katup
Mekanik didesain untuk bertahan lebih lama daripada umur pasien itu sendiri, dan
biasanya telah menjalani stress test untuk
mengetahui ketahanannya selama beberapa ratus tahun. Walaupun katup mekanik
dapat bertahan lama, dan secara umum dapat memberikan solusi satu kali
pembedahan saja, terdapat peningkatan resiko pembentukan penggumpalan darah
pada katup mekanik ini. Dengan demikian, resipien katup mekanik harus
mengkonsumsi obat antikoagulant (penipis darah) seperti warfarin untuk sisa
umur hidup mereka, yang akhirnya membuat pasien tersebut rentan terhadap
perdarahan. Suara dari katup mekanik juga dapat terdengar dan mungkin dapat
mengurangi kualitas hidup pasien.
Pemilihan katup pengganti
Katup yang terbuat dari jaringan cenderung
lebih mudah rusak seiring dengan peningkatan aliran darah, seperti pada pasien
yang lebih aktif (dan biasanya lebih muda). Katup jaringan biasanya bertahan
selama sepuluh sampai lima belas tahun pada pasien yang kurang aktif (biasanya
pasien berumur tua) angka ini lebih kecil pada pasien yang lebih muda. Ketika
katup jaringan mulai rusak dan membutuhkan penggantian, pasien tersebut harus
menjalani kembali pembedahan penggantian katup. Untuk alasan ini, pasien lebih
muda seringkali disarankan untuk menggunakan katup mekanik untuk menghindari
risiko (serta ketidaknyamanan) pembedahan katup kembali.
Prosedur Penggantian Katup
Penggantian katup aorta lebih sering
dilakukan melalui median sternotomy,
yang artinya irisan dibuat dengan memotong pertengahan sternum. Ketika
perikardium telah dibuka, pasien kemudian dihubungkan ke mesin cardiopulmonary bypass , atau dikenal
juga sebagai mesin jantung-paru. Mesin ini mengambil alih tugas pernafasan
pasien dan memompa darah selama tindakan pembedahan dilakukan.
Ketika pasien sudah terhubung bypass , dilakukan pemotongan pada aorta
dan dipasangkan crossclamp . Dokter
bedah kemudian mengangkat katup aorta patologis dan menggantikannya dengan
katup pengganti baik itu mekanik ataupun jaringan. Begitu katup pengganti
berada di lokasi yang diinginkan dan aorta telah ditutup, pasien kemudian
secara bertahap dilepas dari mesin jantung-paru. Sebuah transesophageal echocardiogram (TEE, USG jantung yang dilakukan melalui
esofagus) dapat digunakan untuk memeriksa apakah katup baru tersebut berfungsi
semestinya. Kabel pacu biasanya terpasang, agar jantung dapat dipacu secara
manual apabila terjadi komplikasi setelah pembedahan. Tabung drainase juga
dimasukkan untuk menguras cairan dari dada dan perikardium setelah operasi.
Peralatan ini biasanya dilepas setelah 36 jam tetapi kabel pacu pada umumnya
dilepas pada saat pasien dipulangkan dari rumah sakit.
Rawat inap
dan waktu pemulihan
Setelah penggantian katup aorta
pasien akan ditempatkan pada intensive care unit (ICU) selama 12-36 jam. Pasien
seringkali dapat pulang setelah kurang lebih empat hari, kecuali timbul
komplikasi. Komplikasi biasanya adalah block jantung, yang pada umumnya membutuhkan
penempatan alat pacu jantung (cardiac pacemaker) secara permanen.
Pemulihan dari penggantian katup
aorta biasanya memakan waktu sekitar tiga bulan, apabila pasien berada pada
kondisi kesehatan yang baik. Pasien disarankan untuk tidak mengangkat beban
berat selama 4-6 bulan setelah pembedahan, untuk menghindari cedera pada
sternum.
Risiko
pembedahan
Risiko kematian atau komplikasi
serius dari penggantian katup aorta adalah sekitar 1-3 %, bergantung pada
kesehatan, kondisi, dan umur pasien, begitu juga dengan tingkat ketrampilan
dokter bedah. Pasien dengan usia tua, begitu juga dengan yang lemah dan / atau
memiliki beberapa komorbiditas (gangguan kesehatan) dapat menghadapi resiko
bedah yang lebih tinggi.
Transcatheter
aortic valve replacement
Secara global telah lebih dari 40000
orang yang menjalani transcatheter aortic
valve replacement (TAVR). Bagi pasien yang tidak layak menjalani pembedahan
penggantian katup aorta, TAVR dapat menjadi alternatif yang sesuai. Percutaneous
aortic valve replacement (PAVR),
atau dikenal juga dengan nama transcatheter aortic valve implantation
(TAVI) atau transcatheter aortic valve
replacement (TAVR), adalah
penggantian dari katup aorta jantung yang dilakukan melalui pembuluh
darah (berbeda dengan penggantian katup melalui pembedahan jantung terbuka).
Katup pengganti dihantarkan melalui beberapa metode pemasukan : transfemoral
(pada paha atas), transapical (melalui dinding jantung), subclavian (di bawah
tulang clavicula), aorta langsung (melalui bedah minimal invasif kedalam
aorta), dan transcaval (melalui lubang sementara pada aorta dekat pusar melalui
vena pada paha atas).
Stenosis aorta yang sudah parah
memiliki prognosis yang buruk. Sampai beberapa masa yang lalu, pembedahan
penggantian katup aorta telah menjadi standard penanganan pada pasien dewasa
dengan SA simtomatik parah. Namun demikian, risiko yang berhubungan dengan
pembedahan penggantian katup aorta meningkat pada pasien usia tua dan mereka
dengan penyakit penyerta seperti gagal jantung sistolik parah atau penyakit
arteri koroner, begitu juga pasien dengan komorbiditas seperti penyakit arteri
serebrovaskular dan periferal, penyakit ginjal kronik, dan disfungsi respirasi
kronik. Transcatheter aortic valve
replacement (TAVR) telah dikembangkan sebagai alternatif pendekatan lain
untuk populasi dengan risiko tinggi ini.
Prosedur kateter ini dikembangkan di
perancis, pertama kali dilakukan pada 16 april 2002 oleh Profesor Alain Cribier
pada rumah sakit Charles Nicolle, di University of Rouen. Saat ini prosedur
ini diakui di lebih dari 50 negara. Tindakan ini efektif dalam memperbaiki
fungsi pada pasien dengan stenosis aorta parah. Di Amerika Serikat, prosedur
ini memperoleh persetujuan FDA pada November 2011 untuk pasien yang tidak dapat
menjalani pembedahan biasa dan Oktober 2012 untuk pasien yang memiliki risiko
bedah tinggi.
TAVR menggunakan transkateter katup
aorta bioprostetik yang dapat mengembang (inflate) sendiri (CoreValve) dihubungkan
dengan tingkat bertahan hidup yang secara signifikan lebih tinggi pada follow-up 1 tahun kemudian bila dibandingkan dengan pembedahan
penggantian katup aorta pada sebuah studi acak yang baru-baru ini dilakukan
terhadap 795 pasien dengan stenosis aorta parah dan memiliki risiko bedah yang
tinggi. PARTNER Trial (Placement of AoRtic TraNscathetER Valves) merupakan uji
coba studi acak dan terkontrol pertama di dunia untuk menguji keamanan dan
keefektifan katup jantung transkateter pada pasien dengan stenosis aorta parah.
Studi ini diterbitkan pada 2011 dan menunjukkan bahwa prosedur ini memiliki
keefektifan dan keamanan yang setara dengan pembedahan jantung terbuka, dan
terhadap pasien yang tidak dapat menjalani pembedahan prosedur ini dapat secara
drastis menaikkan tingkat harapan hidup. Meskipun pada awalnya tingkat
mortalitas cukup tinggi (24,3% pada tahun pertama dan 33,9% pada tahun kedua)
tapi prosedur ini telah mengubah standard penanganan terhadap pasien-pasien
khusus tersebut.
Alat (device)
TAVR yang digunakan
- Medtronic’s CoreValve Transcatheter Aortic Valve dibuat dengan rangka Nitinol yang dapat mengembang (inflate) sendiri dan dihantarkan melalui arteri femoralis. Alat ini memperoleh persetujuan FDA pada Januari 2014.
- Boston Scientific's Lotus Valve system telah diberikan penghargaan persetujuan CE pada Oktober 2013. Alat ini dapat disesuaikan dan dievaluasi posisi akhir pada penempatan sebelum pelepasan dan didesain untuk meminimalisir regurgitasi.
- St Jude Medical's Portico Transcatheter aortic valve menerima tanda persetujuan CE Eropa pada Desember 2013. Katup ini dapat diubah posisi sebelum pelepasan untuk menjamin keakuratan penempatan sehingga membantu hasil akhir pada pasien.
- Edwards' Sapien aortic valve dibuat dari bovine pericardial tissue atau jaringan perikardial sapi dan diimplan melalui sistem penghantaran berdasar kateter. Alat ini disetujui untuk digunakan oleh FDA.
Implantasi
TAVR (Transcatheter Aortic Valve Replacement)
Alat-alat
tersebut diimplantasi tanpa pembedahan jantung terbuka. Sistem penghantaran
katup dimasukkan kedalam tubuh, katup kemudian diposisikan dan diimplan di
dalam katup aorta patologis, dan sistem penghantarannya ditarik keluar dari tubuh. Sistem penghantar
yang menggunakan kateter ini dapat dimasukkan kedalam tubuh melalui beberapa
lokasi.
- Pendekatan transfemoral membutuhkan kateter dan katup dimasukkan melalui arteri femoralis. Serupa dengan prosedur stenting pada arteri koroner, akses adalah melalui irisan pada selangkangan, dimana kemudian sistem penghantaran secara perlahan dimasukkan sepanjang jalur arteri yang tepat untuk mencapai posisi yang tepat pada katup aorta.
- Pendekatan transapical dengan cara kateter dan katup dimasukkan melalui ujung jantung dan dimasukkan kedalam ventrikel kiri. Dibawah anestesi total (general anesthesia) , sebuah irisan bedah kecil dibuat di antara iga, kemudian diikuti pembuatan lubang kecil pada jantung. Sistem penghantaran kemudian dimasukkan secara perlahan pada posisi yang tepat di katup aorta. Lubang kecil tersebut kemudian ditutup dengan jahitan.
- Pendekatan transaortic yaitu kateter dan katup dimasukkan melalui puncak kanan dada. Dibawah bius total, sebuah insisi bedah kecil dibuat sepanjang kanan atas tulang sternum, diikuti oleh pembuatan lubang kecil pada aorta. Sistem penghantar kemudian perlahan dimasukkan ke posisi yang tepat pada katup aorta. Lubang kecil tai kemudian dijahit sampai tertutup.
- Pendekatan transcaval telah dilakukan pada sejumlah kecil pasien yang tidak layak untuk pendekatan transfemoral, transapical, atau transortic. Pada pendekatan transcaval sebuah tabung dimasukkan kedalam vena femoralis ketimbang arteri femoralis, dan sebuah kawat kecil digunakan untuk menyebrang dari vena cava inferior menuju aorta abdominalis yang bersebelahan. Ketika kawat sudah menyebrang, sebuah tabung digunakan untuk menempatkan katup jantung transkateter melalui vena femoralis dan vena cava inferior menuju aorta kemudian jantung. Pada bagian ini menyerupai pendekatan transfemoral. Setelah itu lubang pada aorta ditutup dengan alat nitinol yang dapat menutup sendiri (self-collapsing) yang didesain untuk menutup lubang pada jantung.
Perbaikan
katup aorta
Tindakan ini adalah prosedur pembedahan yang digunakan untuk mengkoreksi
beberapa kelainan katup aorta sebagai alternatif dari penggantian katup aorta.
Perbaikan katup aorta dilakukan lebih jarang dan secara teknis lebih sulit
daripada perbaikan katup mitral. Ada dua teknik pembedahan pada
perbaikan katup aorta, yaitu :
- The
Reimplantation-Technique (David-Procedure)
- The
Remodeling-Technique (Yacoub-Procedure)
Balloon
valvuloplasty
Adalah
tindakan dimana sebuah alat menyerupai balon kecil yang mengembang (inflate)
untuk meregangkan katup sehingga dapat menimbulkan aliran yang lebih baik,
prosedur ini biasanya efektif pada bayi dan anak-anak. Namun pada pasien
stenosis katup dewasa biasanya kurang efektif karena katupnya berkecenderungan
untuk kembali ke keadaan stenosis. Pada prosedur ini dokter bedah akan membuat
sayatan kecil pada bagian atas paha dalam dan secara perlahan memasukkan alat
balon tersebut ke dalam arteri yang sesuai. Balon ini kemudian akan menyusuri
arteri hingga mencapai katup, jika sudah pada posisi yang tepat balon
mengembang (inflate) sehingga katup meregang dan membuka.
Aortic valvuloplasty atau juga dikenal sebagai balloon
aortic valvotomy adalah pelebaran stenosis katup aorta dengan
menggunakan kateter balon di dalam katup. Balon ditempatkan pada katup aorta yang telah
menjadi kaku karena penumpukan kalsium. Balon kemudian dikembangkan dalam upaya
memperbesar ukuran pembukaan katup dan memperbaiki aliran darah. Menurut panduan Guidelines for the Management of Patients With Valvular Heart yang
diterbitkan ACC/AHA pada tahun 2006, balloon
valvuloplasty (kadang disebut juga balloon
valvotomy) bukan merupakan indikasi untuk pasien dengan stenosis.
Alternatif yang lebih dipilih, jika memungkinkan, adalah penggantian katup
aorta. Walaupun demikian, panduan tersebut mencatat bebrapa keadaan spesifik
pada pasien dewasa dimana balloon valvotomy dapat dipertimbangkan:
- Sebagai “jembatan” awal untuk pembedahan pada
pasien yang secara hemodinamis tidak stabil dan memiliki risiko tinggi untuk
prosedur penggantian katup aorta.
- Sebagai upaya meringankan (paliatif) pada pasien
dengan kondisi komorbid yang serius yang mencegahnya untuk dilakukan
penggantian katup aorta.
- Valvuloplasty dapat dilakukan pada wanita hamil
yang memiliki SA dengan gejala (simtomatik) selama kehamilannya. Setelah
wanita tersebut melahirkan, dia dapat menjalani pembedahan penggantian
katup aorta.
- Pada pasien SA parah yang membutuhkan penanganan
segera namun karena situasi atau kondisi tertentu tidak dapat dilakukan operasi
penggantian katup.
Perkembangan
terkini baik pada teknologi alat balon maupun teknik prosedural dapat menuju
untuk bangkitnya kembali aplikasi klinis balloon valvuloplasty. Valvuloplasty
dapat merupakan bagian penting dari awal pelaksanaan percutaneus aortic valve
replacement.
Keefektifan
Balloon
valvuloplasty pada umumnya merupakan penanganan efektif untuk stenosis katup
aorta pada anak-anak, remaja, dan dewasa muda namun kurang efektif pada pasien
dengan usia lanjut. Pada pasien dewasa / usia tua, katup dapat menyempit
(restenosis) kembali 6-12 bulan setelah prosedur ini dilakukan.
Balloon
valvuloplasty lebih cocok pada pasien usia muda karena adanya perbedaan
penyebab stenosis katup aorta pada usia
muda dan tua. Pasien usia muda memiliki kondisi ini biasanya dikarenakan
kelainan sejak lahir yaitu katup bikuspid, suatu kelainan dimana katup aorta
memiliki dua daun ketimbang tiga. Tetapi pada pasien usia tua biasanya
mendapatkan stenosis setelah melewati bertahun-tahun pengerasan scara bertahap
dan penumpukan kalsium pada katupnya. Proses ini disebut sklerosis aorta, agak
mirip dengan atherosclerosis dimana terjadi penumpukan plaque di dalam arteri.
Komplikasi
balloon valvuloplasty
Prosedur
valvotomy pada anak-anak, remaja, dan dewasa muda memiliki risiko kecil
terhadap komplikasi yang serius. Akan tetapi untuk pasien dewasa tua,
komplikasi serius terjadi pada 1 atau 2 dari 10 pasien yang menjalani prosedur
ini. Masalah yang dapat timbul seperti regurgitasi katup aorta, serangan
jantung, dan stroke.
Komplikasi
yang berhubungan dengan pemasukan kateter antara lain :
- Nyeri, pembengkakan pada lokasi dimana kateter
dimasukkan.
- Iritasi vena oleh kateter (superficial thrombophlebitis). Hal ini biasanya dapat
dikurangi dengan pemberian kompres hangat.
- Perdarahan pada lokasi dimana kateter dimasukkan.
- Lebam pada tempat kateter dimasukkan, biasanya
menghilang setelah beberapa hari.
- Kesulitan untuk buang air kecil setelah menjalani
prosedur.
Prognosis
Apabila stenosis aorta tidak ditangani :
kematian tiba-tiba timbul pada 3-5% pasien tanpa gejala. Mekanisme
timbulnya sinkop juga merupakan penyebab kematian tiba-tiba dan biasanya
berhubungan dengan aritmia. Rata-rata angka kematian pada orang dewasa sekitar
9% pertahun. Bila keluhan mulai timbul, maka insidens kematian meningkat sampai
15-20%. Jika disertai keluhan angina, hanya 5% yang bertahan hidup dalam 10-20
tahun. Setelah sinkop, kemampuan bertahan hidup hanya 3-4 tahun, sedangkan bila
telah timbul gagal jantung kiri
hanya dapat bertahan hidup sampai 2 tahun. Prognosis apabila stenosis aorta
ditangani telah dibahas pada masing-masing prosedur.
Daftar Pustaka/Referensi
- Otto CM, Bonow RO (2012). Valvular heart
disease. In RO Bonow et al., eds., Braunwald’s Heart Disease: A
Textbook of Cardiovascular Medicine, 9th ed., vol. 2, pp. 1468-1539.
Philadelphia: Saunders.
- Feltes TF, et al. (2011).
Indications for cardiac catheterizationand intervention in pediatric
cardiac disease: A scientific statement from the American Heart
Association. Circulation, 123(22): 2607-2652.
- Freeman RV, Otto CM (2011).
Aortic valve disease. In V Fuster et al., eds., Hurst’s The Heart, 13th
ed., vol. 2, pp. 1692-1720. New York: McGraw-Hill.
- Nishimura RA, et al. (2014). 2014 AHA/ACC
guideline for the management of patients with valvular heart disease:
A report of the American College of Cardiology/American Heart Association
Task Force on Practice Guidelines. Circulation, published online March 3,
2014.
- Lilly LS (editor) (2003). Pathophysiology of Heart Disease (3rd
ed.). Lippincott Williams & Wilkins.
- G. Morris,
Innasimuthu A L, J.P. Fox, R.A. Perry; The association of heart valve
diseases with a dominant left coronary circulation – European Heart
Journal, 2009; 30:682
- Morris GM, Innasimuthu AL, Fox JP, Perry RA (May 2010). "The
association of heart valve diseases with coronary artery dominance".
The Journal of Heart Valve Disease 19
(3): 389–93..
- Innasimuthu
A L, Morris G, Rao G K, Perry R A; Left Dominant Coronary arterial system
and Aortic stenosis: an association, cause or effect – Heart 2007; 93
(Suppl 1): A39.
- Etchells E, Bell C, Robb K (February 1997). "Does this patient
have an abnormal systolic murmur?". JAMA 277 (7): 564–71.
- Lilly, Leonard S., ed. (2007). Pathophysiology of heart
disease : a collaborative project of medical students and faculty
(4th ed.). Philadelphia: Wolters Kluwer/Lippincott Williams & Wilkins.
p. 36.
- Yale
atlas of echocardiography
- Hutcheson JD, Aikawa E, Merryman, WD (April 2014). "Potential
drug targets for calcific aortic valve disease". =Nature Reviews
Cardiology 11 (4): 218–31.
- Rutherford SD, Braunwald E (1992). "Chronic ischaemic heart
disease". In Braunwald E. Heart disease: A textbook of cardiovascular
medicine (4th ed.). Philadelphia: WB Saunders. pp. 1292–364.
- Moura LM, Ramos SF, Zamorano JL; et al. (February 2007). "Rosuvastatin
affecting aortic valve endothelium to slow the progression of aortic
stenosis". Journal of the American College of Cardiology 49 (5): 554–61.
- Czarny, MJ; Resar, JR (2014). "Diagnosis and management of
valvular aortic stenosis.". Clinical Medicine Insights. Cardiology 8 (Suppl 1): 15–24.
- Overgaard, CB; Dzavík, V (2 September 2008). "Inotropes and
vasopressors: review of physiology and clinical use in cardiovascular
disease.". Circulation 118
(10): 1047–56.
- Manning WJ (October 2013). "Asymptomatic aortic stenosis in the
elderly: a clinical review". JAMA 310 (14): 1490–7.
- Thaden, JJ; Nkomo, VT; Enriquez-Sarano, M (2014). "The global
burden of aortic stenosis.". Progress in cardiovascular diseases 56 (6): 565–71.
- Leopold JA (August 2012). "Cellular
mechanisms of aortic valve calcification". Circulation. Cardiovascular
Interventions 5 (4):
605–14.
- Rogers, FJ (November 2013). "Aortic stenosis: new thoughts on a
cardiac disease of older people". Journal of the American Osteopathic
Association 113 (11):
820–828.
- Silverman, ME (April 1999). "A view from the millennium: the
practice of cardiology circa 1950 and thereafter.". Journal of the
American College of Cardiology 33
(5): 1141–51.
- Chapter
1: Diseases of the Cardiovascular system > Section: Valvular Heart
Disease in: Elizabeth D Agabegi; Agabegi, Steven S. (2008). Step-Up
to Medicine (Step-Up Series). Hagerstwon, MD: Lippincott Williams &
Wilkins.
- Richards, Mark; Ikram, Hamid; Nicholls, M. Gary; Hamilton, Eric;
Richards, Rosemary (1984). "Syncope
in aortic valvular stenosis". The Lancet.
- Bertazzo S, Gentleman E, Cloyd KL, Chester AH, Yacoub MH, Stevens MM
(June 2013). "Nano-analytical electron microscopy reveals fundamental
insights into human cardiovascular tissue calcification". Nature
Materials 12 (6): 576–83.
- Miller JD (June 2013). "Cardiovascular calcification: Orbicular
origins". Nature Materials 12
(6): 476–8.
- Figuinha, FC; Spina, GS; Tarasoutchi, F (March 2011). "Heyde's
syndrome: case report and literature review". Arquivos Brasileiros de
Cardiologia 96 (3):
e42–e45.
- Ricardo Zalaquett,
Cristóbal Camplá, et al. (2005). "Cirugía reparadora de la válvula
aórtica bicúspide insuficiente". Rev Méd Chile, 133(3):
pp. 279-86.
- VOC=VITIUM
ORGANICUM CORDIS, a compendium of the Department of Cardiology at Uppsala
Academic Hospital. By Per Kvidal September 1999, with revision by Erik
Björklund May 2008
- Olszowska, M (November 2011). "Pathogenesis
and pathophysiology of aortic valve stenosis in adults" (PDF). Polskie Archiwum Medcyny
Wewnetrznej 121 (11):
409–413.
- Mayo
Clinic > Aortic valve stenosis > Treatments and drugs Retrieved September 2015
- Christopher M. O'Connor (2005). Managing
Acute Decompensated Heart Failure a Clinician's Guide to Diagnosis and
Treatment. London: Informa Healthcare. p. 406.
- Spaccarotella C, Mongiardo A, Indolfi C (2011).
"Pathophysiology of aortic stenosis and approach to treatment with
percutaneous valve implantation". Circulation Journal 75 (1): 11–19.
- Stewart BF, Siscovick D, Lind BK; et al. (March 1997).
"Clinical factors associated with calcific aortic valve disease.
Cardiovascular Health Study". Journal of the American College of
Cardiology 29 (3): 630–4.
- Innasimuthu AL, Katz WE (January 2011). "Effect of
bisphosphonates on the progression of degenerative aortic stenosis".
Echocardiography 28 (1):
1–7.
- Nathaniel S, Saligram S, Innasimuthu AL (June 2010). "Aortic
stenosis: An update". World Journal of Cardiology 2 (6): 135–9.
- Aksoy O, Cam A, Goel SS; et al. (April 2012). "Do bisphosphonates slow the progression of aortic stenosis?". Journal of the American College of Cardiology 59 (16): 1452–9
- Aru W. Sudoyo, Editor. Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid 3. Edisi 4. 1576-1577
Kata Kunci Pencarian : Stenosis Katup Aorta, Penyakit Katup Jantung, Kardiologi, Ilmu Penyakit Dalam, Makalah, SKP (Satuan Kredit Profesi), Kompetensi, pdf, word, .pdf, .doc, .docx, Referat, Karya Tulis Ilmiah, Skripsi, Desertasi, Tesis, Jurnal, Refrat, modul BBDM, Belajar Bertolak Dari Masalah, Problem Based Learning, askep, asuhan keperawatan
0 comments:
Posting Komentar