Definisi
Sindrom nefrotik adalah kumpulan gejala yang disebabkan oleh adanya kerusakan glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik proteinuria, hypoproteinuria, hypoalbuminemia, hyperlypidemia, dan udem / edema.(suriyadi.2006)
Penyakit ini terjadi tiba-tiba, terutama pada anak-anak. Biasanya berupa oliguria dengan urin berwarna gelap, atau urin yang kental akibat proteinuria berat. Pada dewasa yang jelas terlihat adalah edema pada kaki dan genitalia.
Etiologi
Penyebab sindrom nefrotik pada anak-anak adalah:
- Glomerulonefritis kelainan minimal (sebagian besar).
- Glomerulosklerosis fokal dan segmental.
- Glomerulonefritis membranoproliferatif
- Glomerulonefritis pascastreptokok.
1. Glomerulonefritis primer (sebagian besar tidak diketahui sebabnya):
- Glomerulonefritis membranosa
- Glomerulonefritis kelainan minimal
- Glomerulonefritis membranoproliferatif
- Glomerulonefritis pascastreptokok
2. Glomerulonefritis sekunder
- Lupus eritematosus sistemik
- Obat (emas, penisilamin, kaptopril, antiinflamasi nonsteroid)
- Neoplasma (kanker payudara, kolon, bronkus)
- Penyakit sistemik yang mempengaruhi glomerulus (diabetes, amiloidosis)
Patofisiologi
Terjadi proteinuria akibat peningkatan permeabilitas membran glomerulus. Sebagian besar protein dalam urin adalah albumin sehingga jika laju sintesis hepar dilampaui, meski telah berusaha ditingkatkan, terjadi hipoalbuminemia. Hal ini menyebabkan retensi garam dan air.
Menurunnya tekanan osmotik menyebabkan edema generalisata akibat cairan yang berpindah dari sistem vaskuler kedalam ruang cairan ekstra seluler. Penurunan sirkulasi volume darah mengaktifkan sistem imun angiotensin, menyebabkan retensi natrium dan edema lebih lanjut.
Hilangnya protein dalam serum menstimulasi sintesis lipoprotein di hati dan peningkatan konsentrasi lemak dalam darah (hiperlipidemia).
Menurunnya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan karena hypoalbuminemia, hyperlipidemia atau defisiensi seng.
Sindrom nefrotik dapat terjadi dihampir setiap penyakit renal intrinsik atau sistemik yang mempengaruhi glomerulus. Meskipun secara umum penyakit ini dianggap menyerang anak-anak, namun sindrom nefrotik juga terjadi pada orang dewasa termasuk lansia.
Manifestasi Klinis
Gejala yang dapat ditemukan adalah:
Gejala yang dapat ditemukan adalah:
- Proteinuria > 3,5 g/hari pada dewasa atau 0,05 g/kg BB/hari pada anak-anak.
- Hipoalbuminemia < 30 g/l.
- Edema generalisata. Edema terutama jelas pada kaki, namun dapat ditemukan edema muka, asites, dan efusi pleura.
- Nyeri abdomen
- Fatigue
- Anorexia
- Berat badan meningkat
- Hiperlipidemia, umumnya ditemukan hiperkolesterolemia.
- Hiperkoagulabilitas; yang akan meningkatkan risiko trombosis vena dan arteri.
Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan pemeriksaan urin dan darah untuk
memastikan proteinuria, proteinemia, hipoalbuminemia, dan hiperlipidemia. Diperiksa fungsi
ginjal dan hematuria. Biasanya ditemukan penurunan kalsium plasma. Diagnosis
pasti melalui biopsi ginjal.
1.
Pemeriksaan Urin
Urinalisis
adalah tes pertama kali digunakan dalam diagnosis sindrom nefrotik. Proteinuria
nefrotik akan terlihat oleh 3 + atau 4 + pada dipstick bacaan, atau dengan
pengujian semi kuantitatif oleh asam sulfosalicylic. Sebuah 3 + merupakan 300
mg / dL dari protein urin atau lebih, yaitu 3 g / L atau lebih dan dengan
demikian dalam kisaran nefrotik. Pemeriksaan dipsticks kimia albumin adalah
protein utama yang diuji.
a.
Protein urin : > 3,5
gram/1,73 m2 luas permukaan tubuh/hari
b.
Urinalisa : cast
hialin dan granular, hematuria
c.
Dipstick urin : positif untuk
protein dan darah
d.
Berat jenis urin: meningkat (normal : 285 mOsmol)
2.
Darah
Pada
pemeriksaan kimia darah dijumpai:
a.
Protein total menurun (N : 6,2-8,1
mg/100 ml)
b.
Albumin menurun (N : 4-5,8 mg/100 ml).
Hal ini disebut sebagai hipoalbuminemia (nilai kadar albumin dalam darah <
2,5 gram/100 ml). Pada SN ternyata katabolisme protein meningkat akibat
katabolisme protein yang terjadi di tubuh ginjal. Peningkatan katabolisme in
merupakan factor tambahan terjadinya hipoalbuminemia selain dari proteinuria
(albuminuria). Pada SN sering pula dijumpai anoreksia akibat edema mukosa usus
sehingga intake berkurang yang pada gilirannya dapat menimbulkan
hipoproteinemia. Pada umumnya edema anasarka terjadi bila kadar albumin darah
< 2 gram/100 ml, dan syok hipovolemia terjadi biasanya pada kadar < 1
gram/100 ml. (Betz, 2002)
3.
Pemeriksaan Diagnostik
a.
Rontgen dada bisa menunjukkan adanya
cairan yang berlebihan.
b.
USG ginjal dan CT Scan ginjal atau IVP
menunjukkan pengkisutan ginjal.
c.
Biopsi ginjal bisa menunjukkan salah
satu bentuk glomerulonefritis kronis atau pembentukkan jaringan parut yang
tidak spesifik pada glomeruli. (Betz, 2002)
Komplikasi
- Gagal ginjal akut
- Trombosis
- Malnutrisi
- Infeksi (akibat defisiensi respon imun)
- Tromboembolisme (terutama vena renal)
- Emboli pulmo
- Peningkatan terjadinya aterosklerosis
- Hypovolemia
- Hilangnya protein dalam urin
- Dehidrasi
Penatalaksanaan
1.
Tentukan penyebabnya (biopsi ginjal pada seluruh orang
dewasa)
2.
Penatalaksanaan edema
Dianjurkan untuk tirah baring dan
memakai stocking yang menekan, terutama untuk pasien lanjut usia.
Hati-hati dalam pemberian diuretik, karena adanya proteinuria berat dapat
menyebabkan gagal ginjal atau hipovolemik. Harus diperhatikan dan dicatat
keseimbangan cairan pasien, biasanya diusahakan penurunan berat badan dan
cairan 0,5-1 kg/hari. Dilakukan pengawasan terhadap kalium plasma, natrium
plasma, kreatinin, dan ureum. Bila perlu diberikan tambahan kalium. Diuretik
yang biasanya diberikan adalah diuretik ringan, seperti tiazid atau furosemid
dosis rendah, dosisnya dapat ditingkatkan sesuai kebutuhan. Garam dalam diet
dan cairan dibatasi bila perlu. Pemberian albumin iv hanya diperlukan pada
kasus-kasus refrakter, terutama bila terjadi kekurangan volume intravaskular
atau oliguria.
3.
Memperbaiki nutrisi
Dianjurkan pemberian makanan tinggi
kalori dan rendah garam. Manfaat diet tinggi protein tidak jelas dan mungkin
tidak sesuai karena adanya gagal ginjal, biasanya cukup dengan protein 50-60
g/hari ditambah kehilangan dari urin.
4.
Mencegah infeksi
Biasanya diberikan antibiotik
profilaksis untuk menghindari infeksi, terutama terhadap pneumokok.
5.
Pertimbangkan obat antikoagulasi
Dilakukan pada pasien dengan sindrom
nefrotik berat kecuali bila terdapat kontraindikasi. Terapi (biasanya warfarin)
dipertahankan sampai penyakitnya sembuh.
6.
Penatalaksanaan penyebabnya
Pada orang dewasa, tidak perlu seperti pada
anak-anak di mana dilakukan terapi steroid sebagai bagian dari penegakkan
diagnosis, kelainan minimal hanya menjadi penyebab pada 10-20% kasus. Terapi
disesuaikan dengan diagnosis dan penyebab yang mendasarinya.
Kata Kunci Pencarian : Sindrom Nefrotik, Sindroma, Karya Tulis Ilmiah, Ilmu Penyakit Dalam, Nefrologi, SKP (Satuan Kredit Profesi), Kompetensi, pdf, word, .pdf, .doc, .docx, Makalah, Referat, Jurnal, Desertasi, Skripsi, Tesis, Disertasi, Refrat, modul BBDM, Belajar Bertolak Dari Masalah, Problem Based Learning, askep (asuhan keperawatan)
Kata Kunci Pencarian : Sindrom Nefrotik, Sindroma, Karya Tulis Ilmiah, Ilmu Penyakit Dalam, Nefrologi, SKP (Satuan Kredit Profesi), Kompetensi, pdf, word, .pdf, .doc, .docx, Makalah, Referat, Jurnal, Desertasi, Skripsi, Tesis, Disertasi, Refrat, modul BBDM, Belajar Bertolak Dari Masalah, Problem Based Learning, askep (asuhan keperawatan)
0 comments:
Posting Komentar