Definisi
Efusi Pleura berasal dari
dua kata, yaitu efusion yang berarti ektravasasi cairan ke dalam jaringan atau
rongga tubuh, sedangkan pleura yang berarti membran tipis yang terdiri dari dua
lapisan, yaitu pleura viseralis dan pluera perietalis. Sehingga dapat
disimpulkan Efusi Pleura adalah ekstravasasi cairan yang terjadi di antara
lapisan viseralis perietalis. (Sudoyo, 2006)
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya
penumpukan cairan dalam rongga pleura. (Imran Sumantri, 2008).
Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam ruang
pleural, proses penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder
akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan
transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000)
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang
pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit
primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap
penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5
sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural
bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi
penimbunan cairan dalam rongga pleura. (Price C Sylvia, 1995).
Etiologi
- Neoplasma, seperti neoplasma bronkogenik dan metastatik
- Kardiovaskular, seperti gagal jantung kongestif, embolus pulmonar, dan perikarditis
- Penyakit pada abdomen, seperti pankreatitis, asites, abses, dan sindrom Meigs
- Infeksi yang disebabkan bakteri, virus, jamur, mikobakterial, dan parasit
- Trauma
- Lain-lain seperti lupus eritematosus sistemik, reumatoid artritis, sindrom nefrotik, dan uremia
Anatomi
dan Fisiologi Pleura
Anatomi
Pleura
Pleura adalah membrane serosa yang licin, mengkilat,
tipis, dan transparan yang membungkus paru (pulmo). Membran ini terdiri dari 2 lapis:
a. Pleura viseralis: terletak disebelah dalam, langsung
menutupi permukaan paru.
b. Pleura parietalis: terletak disebelah luar,
berhubungan dengan dinding dada.
Pleura parietal berdasarkan letaknya terbagi atas :
1.
Cupula
Pleura (Pleura Cervicalis)
Merupakan
pleura parietalis yg terletak di atas costa I namun tdk melebihi dr collum
costae nya. Cupula pleura terletak setinggi 1-1,5 inchi di atas 1/3 medial os.
Clavicula
2.
Pleura
Parietalis pars Costalis
Pleura yg
menghadap ke permukaan dalam costae, cartilage costae, SIC/ ICS, pinggir corpus
vertebrae, dan permukaan belakang os. Sternum.
3. Pleura
Parietalis pars Diaphragmatica
Pleura yg
menghadap ke diaphragm permukaan thoracal yg dipisakan oleh fascia
endothoracica.
4.
Pleura
Parietalis pars Mediastinalis (Medialis)
Pleura yg
menghadap ke mediastinum / terletak di bagian medial dan membentuk bagian
lateral dr mediastinum.
Pleura
parietalis dan viseralis terdiri atas selapis mesotel (yang memproduksi cairan), membran basalis,
jaringan elastik dan kolagen, pembuluh darah dan limfe. Membran pleura bersifat
semipermiabel. Sejumlah cairan terus menerus merembes keluar dari pembuluh
darah yang melalui pleura parietal. Cairan ini diserap oleh pembuluh darah
pleura viseralis, dialirkan ke pembuluh limfe dan kembali kedarah.
Diantara
kedua lapisan pleura ini terdapat sebuah rongga yg disebut dg cavum pleura.
Dimana di dalam cavum pleura ini terdapat sedikit cairan pleura yg berfungsi
agar tdk terjadi gesekan antar pleura ketika proses pernapasan. Rongga
pleura mempunyai ukuran tebal 10-20 mm,
berisi sekitar 10 cc cairan jernih yang tidak bewarna, mengandung protein <
1,5 gr/dl dan ± 1.500 sel/ml. Sel cairan pleura didominasi oleh monosit,
sejumlah kecil limfosit, makrofag dan sel mesotel. Sel polimormonuklear dan sel
darah merah dijumpai dalam jumlah yang sangat kecil didalam cairan pleura.
Keluar dan masuknya cairan dari dan ke pleura harus berjalan seimbang agar
nilai normal cairan pleura dapat dipertahankan.[1][4]
Berdasarkan jenis cairan yang terbetuk, cairan pleura
dibagi menjadi transudat dan eksudat.
a. Transudat
Efusi pleura transudatif terjadi kalau faktor sistemik
yang mempengaruhi pembentukan dan penyerapan cairan pleura mengalami perubahan.
Transudat ini disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal jantung kiri),
sindroma nefrotik, asites (oleh karena sirosis hepatis), syndroma vena cava
superior, tumor, sindroma meig, hipoalbumenia, dialysis peritoneal,
Hidrothoraks hepatik .
b. Eksudat
Efusi pleura eksudatif terjadi jika faktor lokal yang
mempengaruhi pembentukan dan penyerapan cairan pleura mengalami perubahan.
Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, pneumonia dan
sebagainya, tumor, ifark paru, radiasi, penyakit kolagen.
Tabel Perbedaan cairan transudat dan eksudat
Kriteria
|
transudat
|
eksudat
|
Warna
|
Kuning pucat, dan jernih
|
Jernih, keruh, purulen, dan hemoragik
|
Bekuan
|
-
|
-/+
|
Berat jernis
|
< 1018
|
> 1018
|
Leukosit
|
< 1000/ul
|
Bervariasi >1000/ul
|
Eritrosit
|
Sedikit
|
Biasanya banyak
|
Hitung jenis
|
MN (limfosit/mesotel)
|
Terutama PMN
|
Protein total
|
< 50 % serum
|
> 50 % serum
|
LDH
|
< 60 % serum
|
>60 % serum
|
Glukosa
|
- plasma
|
-/< plasma
|
Fibrinogen
|
0.3-4 %
|
4-6 % atau lebih
|
Amylase
|
-
|
>50% serum
|
Bakteri
|
-
|
-/+
|
Fisiologi
Pleura
Fungsi mekanis pleura adalah meneruskan tekanan
negatif thoraks kedalam paru-paru, sehingga paru-paru yang elastis dapat
mengembang. Tekanan pleura pada waktu istirahat (resting pressure) dalam posisi
tiduran pada adalah -2 sampai -5 cm H2O; sedikit bertambah negatif di apex
sewaktu posisi berdiri. Sewaktu inspirasi tekanan negatif meningkat menjadi -25
sampai -35 cm H2O.
Selain fungsi mekanis, rongga pleura steril karena
mesothelial bekerja melakukan fagositosis benda asing dan cairan yang
diproduksinya bertindak sebagai lubrikans. Cairan rongga pleura sangat sedikit,
sekitar 0.3 ml/kg, bersifat hipoonkotik dengan konsentrasi protein 1 g/dl.
Gerakan pernapasan dan gravitasi kemungkinan besar ikut mengatur jumlah produksi
dan resorbsi cairan rongga pleura. Resorbsi terjadi terutama pada pembuluh
limfe pleura parietalis, dengan kecepatan 0.1 sampai 0.15 ml/kg/jam. Bila
terjadi gangguan produksi dan reabsorbsi akan mengakibatkan terjadinya pleural
effusion
Patofisiologi
Didalam rongga pleura terdapat + 5ml cairan yang cukup untuk membasahi seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis.Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hodrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis.Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir kedalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter seharinya.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena (gagal jantung).Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas transudat dan eksudat pleura. Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena disertai peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatis karena tekanan osmotic koloid yang menurun. Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi. Cairan ini juga mengandung banyak sel darah putih.Sebaliknya transudat kadar proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah.
Pada umumnya, efusi pleura terjadi karena pleura
hamper mirip plasma (eksudat) sedangkan yang timbul pada pleura normal
merupakan ultrafiltrat plasma (transudat). Efusi dalam hubungannya dengan
pleuritis disebabkan oleh peningkatan permeabilitas pleura parientalis sekunder
(efek samping dari) peradangan atau keterlibatan neoplasma. Contoh bagi efusi
pleura dengan pleura normal adalah payah jantung kongesif. Pasien dengan pleura
yang awalnya normal pun dapat mengalami efusi pleura ketika terjadi payah/gagal
jantung kongesif. Ketika jantung tidak dapat memompakan darahnya secara
maksimal ke seluruh tubuh terjadilah peningkatan tekanan hidrostastik pada
kapiler yang selanjutnya menyebabkan hipertensi kapiler sistemik. Cairan yang
berada dalam pembuluh darah pada area tersebut selanjutnya menjadi bocor dan
masuk ke dalam pleura. Peningkatan pembentukan cairan dari pleura parientalis
karena hipertensi kapiler sistemik dan penurunan reabsorbsi menyebabkan
pengumpulan abnormal cairan pleura.
Adanya hipoalbuminemia juga akan mengakibatkan
terjadinya peningkatan pembentukan cairan pleura dan berkurangnya reabsorbsi,
hal tersebut berdasarkan adanya penurunan pada tekanan onkontik intravaskuler
(tekanan osmotic yang dilakukan oleh protein)
Luas efusi pleura yang mengancam volume paru-paru,
sebagian akan tergantung atas kekakuan relative paru-paru dan dinding dada.
Dalam batas pernafasan normal, dinding dada cenderung untuk recoil ke dalam
(paru-paru tidak dapat berkembang secara maksimal melainkan cenderung untuk
mengempis).
Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, effusi
dibagi menjadi dua yaitu
a.
Unilateral
Efusi yang
unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan penyakit penyebabnya
b.
Bilateral
Effusi yang
bilateral ditemukan pada penyakit-penyakit dibawah ini : Kegagalan jantung
kongestif, sindroma nefrotik, asites, infark paru, lupus eritematosus systemic,
tumor dan tuberkolosis.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang
menurut ( Tierney, 2002 dan Tucker 1998 ) adalah
- Sesak nafas
- Nyeri dada
- Kesulitan bernafas
- Peningkatan suhu tubuh jika terjadi infeksi
- Keletihan
- Batuk
Manifestasi klinis menurut
Suzanne & Brenda, 2002 yang dapat ditemukan pada Efusi Pleura adalah
- Demam
- Menggigil
- Nyeri dada pleuritis
- Dispnea
- Batuk Suara nafas ronchi
Manifestasi klinis menurut
Irman Somantri, 2008 adalah
Kebanyakan efusi pleura
bersifat asimpomatik, timbul gejala sesuai dengan penyakit yang mendasarinya.
Pneumonia akan menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritik. Ketika
efusi sudah membesae dan menyebar kemungkinan timbul dispenea dan batuk. Efusi
pleura yang besar akan mengakibatkan nafas sesak. Tanda fisik meliputi deviasi
trakea menjauhi sisi yang terkena, dullness pada perkusi dan penurunan bunyi
pernafasan pada sisi yang terkena.
Diagnosis
- Anamnesis: adanya keluhan nyeri dada dan dispnea.
- Pemeriksaan fisik: pada daerah efusi, fremitus tidak ada, perkusi redup, suara napas berkurang
- Pemeriksaan laboratorium: analisis cairan efusi, yang diambil lewat torakosentesis. Kriteria transudat dan eksudat dapat dilihat dari tabel di bawah ini.
- Pemeriksaan radiologi : Dalam foto toraks terlihat hilangnya sudut kostofrenikus dan akan terlihat permukaan, yang melengkung jika jumlah cairan efusi lebih dari 300 ml, pergeseran mediastinum kadang ditemukan.
Komplikasi
1. Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani
dengan drainase yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura
parietalis dan pleura viseralis. Keadaan ini disebut dengan fibrotoraks. Jika
fibrotoraks meluas dapat menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada
jaringan-jaringan yang berada dibawahnya. Pembedahan pengupasan(dekortikasi)
perlu dilakukan untuk memisahkan membrane-membran pleura tersebut.
2. Atalektasis
Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak
sempurna yang disebabkan oleh penekanan akibat efusi pleura.
3. Fibrosis paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana
terdapat jaringan ikat paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul
akibat cara perbaikan jaringan sebagai kelanjutan suatu proses penyakit paru
yang menimbulkan peradangan. Pada efusi pleura, atalektasis yang berkepanjangan
dapat menyebabkan penggantian jaringan paru yang terserang dengan jaringan
fibrosis.
4. Kolaps Paru
Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang
diakibatkan oleh tekanan ektrinsik pada sebagian / semua bagian paru akan
mendorong udara keluar dan mengakibatkan kolaps paru.
Penatalaksanaan
- Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk mencegah penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan ketidaknyamanan serta dispneu. Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (contoh; gagal jantung kongestif, pneumonia, sirosis)
- Torakosentesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan specimen guna keperluan analisis dan untuk menghilangkan disneu.
- Bila penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari tatau minggu, torasentesis berulang mengakibatkan nyeri, penipisan protein dan elektrolit, dan kadang pneumothoraks. Dalam keadaan ini kadang diatasi dengan pemasangan selang dada dengan drainase yang dihubungkan ke system drainase water-seal atau pengisapan untuk mengevaluasiruang pleura dan pengembangan paru.
- Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin dimasukkan kedalam ruang pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan mencegah akumulasi cairan lebih lanjut.
- Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi dinding dada, bedah plerektomi, dan terapi diuretik.
Tindakan yang diambil :
- Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subyektif seperti nyeri, dispnea dan lain-lain. Cairan efusi sebanyak 1-1,5 liter perlu dikeluarkan segera untuk mencegah meningkatnya edema paru, jika jumlah cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutnya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian.
- Antibiotik, jika terdapat empiema.
- Pleurodesis
- Operatif
Kata Kunci Pencarian : Efusi Pleura, Pulmonologi, Skripsi, Makalah, Jurnal, Referat, Karya Tulis Ilmiah, Tesis, Desertasi, Artikel, SKP (Satuan Kredit Profesi), Kompetensi, pdf, word, .pdf, .doc, .docx, Ilmu Penyakit Dalam, Disertasi, Refrat, modul BBDM, Belajar Bertolak Dari Masalah, Problem Based Learning, askep (asuhan keperawatan)
0 comments:
Posting Komentar