Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan feses berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat) kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih
dari 3 kali sehari. Diare dibagi dalam diare akut dan diare kronis (Setiawan , 2006;
Talley, 1998; Daldiyono, 1990; Simanjuntak 1983).
Diare akut adalah diare
yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam beberapa jam sampai 7 atau
14 hari. World gastroenterologi
organisation global guidelines 2005, mendefinisikan diare akut adalah sebagai
pasase tinja yang cair atau lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, dan berlangsungnya
kurang dari 14 hari sedangkan diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari
15 hari.
Diare infeksi adalah
bila penyebabnya infeksi, sedangkan diare noninfektif bila tidak ditemukan
infeksi sebagai penyebab pada kasus tersebut (Setiawan, 2006).
Diare organik adalah
bila ditemukan penyebab anatomik, bakteriologik, horomonal, atau toksikologik.
Etiologi
Infeksi merupakan penyebab utama diare akut, baik oleh bakteri, parasit maupun virus. Penyebab lain yang dapat menimbulkan diare akut adalah toksin dan obat, nutrisi enteral diikuti puasa yang berlangsung lama, kemoterapi, impaksi fekal (overflow diarrhea), atau berbagai kondisi lain. Dalam penelitian di RS Persahabatan, Jakarta Timur (1993-1994) terhadap 123 pasien dewasa yang dirawat di bangsal diare akut didapatkan hasil isolasi dengan E. coli (38,29%), V. cholerae Ogawa (18,29%) dan Aeromonas sp. (14,29%) sebagai tiga penyebab terbanyak.
Infeksi merupakan penyebab utama diare akut, baik oleh bakteri, parasit maupun virus. Penyebab lain yang dapat menimbulkan diare akut adalah toksin dan obat, nutrisi enteral diikuti puasa yang berlangsung lama, kemoterapi, impaksi fekal (overflow diarrhea), atau berbagai kondisi lain. Dalam penelitian di RS Persahabatan, Jakarta Timur (1993-1994) terhadap 123 pasien dewasa yang dirawat di bangsal diare akut didapatkan hasil isolasi dengan E. coli (38,29%), V. cholerae Ogawa (18,29%) dan Aeromonas sp. (14,29%) sebagai tiga penyebab terbanyak.
Diare akut karena
infeksi disebabkan oleh masuknya mikroorganisme atau toksin melalui mulut.
Kuman tersebut dapat melalui air, makanan atau minuman yang terkontaminasi kotoran
manusia atau hewan, kontaminasi tersebut dapat melalui jari/tangan penderita
yang telah terkontaminasi (Suzanna, 1993).
Mikroorganisme penyebab
diare akut karena infeksi seperti dibawah ini
Tabel
penyebab diare akut karena infeksi
VIRUS
|
BAKTERI
|
PROTOZOA
|
· Rotavirus
· Norwalk virus
· Enteric adenovirus
· Calicivirus
· Astrovirus
· Small round virusses
· Coronavirus
· cytomegalovirus
|
|
|
Sumber: Mandal et al., 2004
Penyebab diare juga
dapat bermacam macam tidak selalu karena infeksi dapat dikarenakan faktor
malabsorbsi seperti malabsorbsi karbohidrat, disakarida (inteloransi laktosa, maltosa,
dan sukrosa) monosakarida (inteloransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa), Karena
faktor makanan basi,beracun,alergi karena makanan, dan diare karena faktor psikologis,
rasa takut dan cemas (Vila J et al.,2000). Etiologi diare akut pada 25 tahun yang
lalu sebagian besar belum diketahui, akan tetapi sekarang lebih dari 80%
penyebabnya telah diketahui. Terdapat 25 jenis mikroorganisme yang dapat
menyebabkan diare. Penyebab utama oleh virus adalah rotavirus (40-60%) sedangkan
virus lainnya ialah virus norwalk, astrovirus, calcivirus, coronavirus, minirotavirus,
dan virus bulat kecil (Depkes RI, 2005).
Diare karena virus ini
biasanya tak berlangsung lama, hanya beberapa hari (3-4 hari) dapat sembuh tanpa
pengobatan (selft limiting disease). Penderita akan sembuh kembali setelah enterosit
usus yang rusak diganti oleh enterosit yang baru dan normal serta sudah matang,
sehingga dapat menyerap dan mencerna cairan serta makanan dengan baik(Manson’s,
1996).
Bakteri penyebab diare
dapat dibagi dalam dua golongan besar, ialah bakteri non invasif dan bakteri
invasif. Termasuk dalam golongan bakteri noninfasif adalah: Vibrio cholerae, E.collipatogen
(EPEC, ETEC, EIEC), sedangkan golongan bakteri invasif adalah Salmonella sp (Vila
Jet al.,2000).
Diare karena bakteri
invasif dan noninvasif terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan
dengan pengaturan transport ion dalam sel-sel usus berikut ini: cAMP (cyclic Adenosin
Monophosphate), cGMP (cyclic Guanosin Monophosphate), Ca-dependet dan pengaturan
ulang sitoskeleton (Mandal et al,.,2004)
Patogenesis
Diare akibat infeksi ditularkan secara fekal oral. Hal ini disebabkan masukan minuman atau makanan yang terkontaminasi tinja ditambah dengan ekskresi yang buruk, makanan yang tidak matang, bahkan yang disajikan tanpa dimasak. Penularannya adalah transmisi orang ke orang melalui aeorosolisasi (Norwalk, Rotavirus), tangan yang terkontaminasi (Clostridium difficile), atau melalui aktivitas seksual. Faktor penentu terjadinya diare akut adalah faktor penyebab (agent) dan faktor pejamu (host). Faktor penjamu adalah kemampuan pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme, yaitu faktor daya tahan atau lingkungan lumen saluran cerna, seperti keasaman lambung, motilitas lambung, juga mencakup lingkungan mikroflora usus. Faktor penyebab yang mempengaruhi patogenesis antara lain daya penetrasi yang merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan di usus, serta daya lekat kuman. Kuman tersebut membentuk koloni-koloni yang dapat menginduksi diare.
Patogenesis diare yang
disebabkan infeksi bakteri terbagi dua, yaitu
1. Bakteri noninvasif
(enterotoksigenik)
Toksin yang diproduksi
bakteri akan terikat pada mukosa usus halus, namun tidak merusak mukosa. Toksin
meningkatkan kadar siklik AMP di dalam sel, menyebabkan sekresi aktif anion
klorida ke dalam lumen usus yang diikuti air, ion karbonat, kation natrium, dan
kalium. Bakteri yang termasuk golongan ini adalah V. cholerae,
Enterotoksigenik E. coli (ETEC), C. perfringers, S. aureus, dan
vibrio-nonaglutinabel. Secara klinis dapat ditemukan diare berupa air seperti
cucian beras dan meninggalkan dubur secara deras dan banyak (voluminous). Keadaan
ini disebut diare sekretorik isotonik voluminal.
2. Bakteri
enteroinvasif
Diare menyebabkan
kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi, dan bersifat sekretorik
eksudatif. Cairan diare dapat bercampur lendir dan darah. Bakteri yang termasuk
dalam golongan ini adalah Enteroinvasive E. coli (EIEC), S. paratyphi B, S.
typhimurium, S. enteriditis, S. choleraesuis, Shigela, Yersinia, dan
C. perfringens tipe C.
Gejala diare akut dapat
dibagi dalam 3 fase, yaitu:
- Fase prodromal (sindroma pra-diare) : pasien mengeluh penuh di abdomen, nausea, vomitus, berkeringat dan sakit kepala (Kolopaking, 2002; Joan et al,.1998).
- Fase diare : pasien mengeluh diare dengan komplikasi (dehidrasi, asidosis, syok, dan lain- lain), kolik abdomen, kejang denganatau tanpa demam, sakit kepala (Kolopaking, 2002; Joan et al,.1998).
- Fase pemulihan : gejala diare dan kolik abdomen berkurang, disertai fatigue. (Kolopaking, 2002; Joan et al,. 1998).
Dalam praktek klinis sangat penting dalam membedakan
gejala antara diare yang bersifat inflamasi dan diare yang bersifat
noninflamasi. Berikut ini yang perbedaan diare inflamasi dan diare non inflamasi
Manifestasi
|
Diare Inflamasi
|
Diare noninflamasi
|
|
Karakter Tinja
|
Volume sedikit mengandung darah dan pus
|
Volume banyak cair tidak mengandung pus dan darah
|
|
Patologi
|
Inflamasi mukosa colon dan ileum distal
|
Usus halus proksimal
|
|
Mekanisme Diare
|
Inflamasi mukosa mengganggu absorbsi cairan yang
kemungkinan efek sekretorik dari inflamasi
|
Diare sekretorik / osmotik yang diinduksi oleh
enterotoksin atau mekanisme lain. Tidak ada inflamasi mukosa
|
|
Kemungkinan Patogen
|
Shigella, Salmonella, Clampylobacter, E. Colli, EIEC,
Clostridium dificcile, Yersinina enterocolitica.
|
Kolera, ETEC, EPEC, keracunan makanan tipe toksin,
rotavirus, Adenovirus, NLV, cryptosporidia,
Giardia lamblia
|
|
Penyebab diare lainnya,
seperti parasit, menyebabkan kerusakan berupa ulkus besar (E. histolytica), kerusakan
vili yang penting untuk penyerapan air, elektrolit, dan zat makanan (G.
lamblia). Patofisiologi kandida menyebabkan diare belum jelas, mungkin
karena superinfeksi dengan jasad renik lain dan keadaan seperti diabetes melitus.
Mekanisme yang virus
masih belum jelas. Kemungkinan dengan merusak sel epitel mukosa walaupun hanya
superfisial sehingga mengganggu absorbsi air, dan elektrolit. Sebaliknya
sel-sel kripti akan berproliferasi dan menyebabkan bertambahnya sekresi cairan
ke dalam lumen usus. Selain itu, terjadi pula kerusakan enzim-enzim disakarida
yang menyebabkan intoleransi laktosa, yang akhirnya memperlama diare. Berbeda
dengan kolera, Retovirus tidak meningkatkan aktivitas adenilsiklase.
Manifestasi Klinis
Pasien dengan diare
akut akibat infeksi sering mengalami nausea, muntah, nyeri perut sampai kejang perut, demam, dan diare. Terjadinya
renjatan hipovolemik harus dihindari. Kekurangan cairan menyebabkan pasien akan
merasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun, serta
suara menjadi serak. Gangguan biokimiawi seperti asidosis metabolik akan
menyebabkan frekuensi pernapasan lebih cepat dan dalam (pernapasan Kusmaul).
Bila terjadi renjatan hipovolemik berat maka denyut nadi cepat (lebih dari 120
kali/menit), tekanan darah menurun sampai tak terukur, pasien gelisah, muka
pucat, ujung-ujung ekstremitas dingin, dan kadang sianosis. Kekurangan kalium
dapat menimbulkan aritmia jantung. Perfusi ginjal dapat menurun sehingga timbul
anuria, sehingga bila kekurangan cairan tak segera diatasi dapat timbul
penyulit berupa nekrosis tubular akut.
Secara klinis diare
karena infeksi akut dibagi menjadi dua golongan. Pertama, koleriform, dengan
diare yang terutama terdiri atas cairan saja. Kedua, disentriform, pada diare
didapatkan lendir kental dan kadang-kadang darah.
Diagnosis
1.
Anamnesis
- Siapa yang terkena diare?
- Dimana terjadinya kontak dengan mikroorganisme?
- Adakah orang lain di sekitar yang terkena?
- Apa yang dimakan atau diminum sebelum terkena diare?
2.
Pemeriksaan fisik
Telah
dijelaskan sebelumnya bahwa kemungkinan ditemukan muntah, nausea, demam, dan nyeri perut. Pada infeksi bakteri
invasif akan ditemukan nyeri perut yang hebat, demam yang tinggi, dapat
ditemukan tanda perforasi yang
membutuhkan pembedahan.
3.
Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan darah tepi lengkap.
- Pemeriksaan analisis gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin, dan berat jenis plasma.
- Pemeriksaan urin lengkap.
- Pemeriksaan tinja lengkap dan biakan tinja dari colok dubur.
- Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik.
- Pemeriksaan sediaan darah malaria serta serologi Helicobacter jejuni sangat dianjurkan.
Penatalaksanaan
Pada orang dewasa, penatalaksanaan diare akut akibat infeksi terdiri atas:
1. Rehidrasi sebagai
prioritas utama pengobatan. Empat hal penting yang perlu diperhatikan adalah:
A.
Jenis cairan
Pada diare akut yang
ringan dapat diberikan oralit. Diberikan cairan Ringer laktat, bila tak
tersedia dapat diberikan cairan NaCl isotonik ditambah satu ampul bikarbonat
7,5% 50 ml.
B.
Jumlah cairan
Jumlah cairan yang
diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang dikeluarkan. Kehilangan cairan tubuh
dapat dihitung dengan beberapa cara.
Metoda Pierce yang
berdasarkan keadaan klinis:
Derajat Dehidrasi
Kebutuhan cairan (X kg BB)
Ringan 5%
Sedang 8%
Berat 10%
Metoda Daldiyono, berdasarkan keadaan klinis yang diberi penilaian/skor
Klinis Skor
- Rasa haus/muntah 1
- Tekanan data sistolik 60-90 mmHg 1
- Tekanan data sistolik < 60 mmHg 2
- Frekuensi nadi > 120 x/menit 1
- Kesadaran apatis 1
- Kesadaran somnolen, sopor atau koma 2
- Frekuensi napas > 30 x/menit 1
- Fasies kolerika 2
- Vox cholerica 2
- Turgor kulit menurun 1
- Washer woman’s hand 1
- Ekstremitas dingin 1
- Sianosis 2
- Umur 50-60 tahun -1
- Umur > 60 tahun -2
Kebutuhan cairan:
(Skor : 15 ) x 10% x kg BB x 1 liter
C.
Jalan masuk atau cara pemberian cairan
Rute pemberian cairan
pada orang dewasa dapat dipilih oral atau iv
D.
Jadwal pemberian cairan
Rehidrasi dengan
perhitungan kebutuhan cairan berdasarkan metode Daldiyono diberikan pada 2 jam
pertama. Selanjutnya dilakukan penilaian kembali status hidrasi untuk
memperhitungkan kebutuhan cairan. Rehidrasi diharapkan terpenuhi lengkap pada
akhir jam ke-3.
2. Identifikasi penyebab diare akut karena infeksi
Secara klinis, tentukan
jenis diare koleriform atau disentriform. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan
penunjang yang terarah.
3. Terapi simtomatik
Obat antidiare bersifat
simtomatik dan diberikan sangat hati-hati atas pertimbangan yang rasional.
Antimotilitas dan
sekresi usus seperti loperamid, sebabnya jangan dipakai pada infeksi salmonela,
shigela, dan kolitis pseudomembran, karena akan memperburuk diare yang
diakibatkan bakteri enteroinvasif akibat perpanjangan waktu kontak antara
bakteri dengan epitel usus. Bila pasien amat kesakitan, maka dapat diberikan
obat antimotilitas dan sekresi usus di atas dalam jangka pendek selama 1-2 hari
saja dengan 3-4 tablet/hari, serta memperhatikan ada tidaknya glaukoma dan hipertrofi prostat. Pemberian antiemetik pada anak dan remaja,
seperti metoklopropamid, dapat menimbulkan kejang akibat rangsangan
ekstrapiramidal.
4. Terapi definitif
Pemberian edukasi yang
jelas sangat penting sebagai langkah pencegahan. Higiene perorangan, sanitasi
lingkungan, dan imunisasi melalui vaksinasi sangat berarti, selain terapi farmakologi .
Kata Kunci Pencarian : Diare Akut, Ilmu Penyakit Dalam, Skripsi, Makalah, Jurnal, Referat, Karya Tulis, Ilmiah, Tesis, Desertasi, Artikel, SKP (Satuan Kredit Profesi), Kompetensi, pdf, word, .pdf, .doc, .docx, Gastroenterologi, Disertasi, Refrat, modul BBDM, Belajar Bertolak Dari Masalah, Problem Based Learning, askep (asuhan keperawatan)
Kata Kunci Pencarian : Diare Akut, Ilmu Penyakit Dalam, Skripsi, Makalah, Jurnal, Referat, Karya Tulis, Ilmiah, Tesis, Desertasi, Artikel, SKP (Satuan Kredit Profesi), Kompetensi, pdf, word, .pdf, .doc, .docx, Gastroenterologi, Disertasi, Refrat, modul BBDM, Belajar Bertolak Dari Masalah, Problem Based Learning, askep (asuhan keperawatan)
0 comments:
Posting Komentar