Definisi
Seperti
yang telah kita singgung di pokok bahasan sebelumnya bahwa leukemia merupakan
suatu keadaan keganasan dari sel darah putih, sedangkan Leukemia Limfositik
Kronik (LLK) adalah keganasan dan proliferasi dari sel limfosit yang bersifat
perlahan namun progresif. LLK merupakan 25% dari seluruh leukemia di negara
barat, amat jarang ditemukan di Jepang, Cina, dan Indonesia. Lebih sering
ditemukan pada laki-laki daripada wanita (2:1) dan jarang ditemukan pada umur
kurang dari 40 tahun. LLK lebih sering mengenai limfosit B dibandingkan
limfosit T.
Pada awalnya penambahan jumlah limfosit matang yang ganas terjadi di kelenjar getah bening, kemudian menyebar ke hati dan limpa, dan keduanya mulai membesar.
Pada awalnya penambahan jumlah limfosit matang yang ganas terjadi di kelenjar getah bening, kemudian menyebar ke hati dan limpa, dan keduanya mulai membesar.
Masuknya limfosit ini ke dalam sumsum tulang akan
menggeser sel-sel yang normal, sehingga terjadi anemia dan penurunan jumlah sel
darah putih dan trombosit di dalam darah.
Kadar dan aktivitas antibodi
(protein untuk melawan infeksi) juga berkurang.
Sistem kekebalan yang biasanya melindungi tubuh terhadap serangan dari luar, seringkali menjadi salah arah dan menghancurkan jaringan tubuh yang normal. Hal ini bisa menyebabkan:
Sistem kekebalan yang biasanya melindungi tubuh terhadap serangan dari luar, seringkali menjadi salah arah dan menghancurkan jaringan tubuh yang normal. Hal ini bisa menyebabkan:
- penghancuran sel darah merah dan trombosit
- peradangan pembuluh darah
- peradangan sendi (artritis rematoid)
- peradangan kelenjar tiroid (tiroiditis).
Klasifikasi
LLK dapat dibagi
menjadi 4 tingkatan penyakit (stadium) secara klinis, yang ternyata mempunyai
hubungan dengan prognosis.
Tingkat Penyakit
|
Median Survival (Bulan)
|
|
0
|
Hanya limfositosis dengan infiltrasi
sel
|
150
|
1
|
Limfositosis dan limfadenopati
|
101
|
2
|
Limfositosis dan splenomegali /
hepatomegali
|
71
|
3
|
Limfositosis dan anemia < 11 g%
dengan / tanpa pembesaran hati, limpa dan kelenjar
|
19
|
4
|
Limfositosis dan trombositopenia <
100.000 / mm3 dengan / tanpa pembesaran hati, limpa dan kelenjar
|
19
|
Stadium
LLK menurut Binet
|
||
Stadium
|
Gejala
klinis dan laboratorium
|
Median
survival (bulan)
|
A
|
Limfositosis
darah tepid an sumsum tulang + <3 daerah limfoid yang membesar
|
>7
|
B
|
Limfositosis
darah tepid an sumsum tulang + ≥3 daerah limfoid yang membesar
|
<5
|
C
|
Stadium
B + anemia (Hb < 11g/dl pada pria dan <10 g/dl pada perempuan atau
trombositopenia (<100.000/uL)
|
<2
|
Beberapa
jenis leukemia limfositik kronik dikelompokkan berdasarkan jenis limfosit yang
terkena. Leukemia sel B (leukemia limfosit B) merupakan jenis
yang paling sering ditemukan, hampir mencapai 3/4 kasus LLK.
Leukemia sel T (leukemia
limfosit T) lebih jarang ditemukan. Klasifikasi tersebut
antara lain dibagi menjadi:
- LLK sel B
- LLK sel T
- Lymphosarcoma cell leukemia
- Hairy cell leukemia
Etiologi
Penyebab LLK belum
diketahui. Kemungkinan yang berperan adalah abnormalitas kromosom, onkogen, dan
retrovirus (RNA tumour virus).
Penelitian awal
menunjukkan keterlibatan gen bcl-1 dan bcl-2 pada 5-15% pasien, sedangkan gen
bcl-3 hanya kadang-kadang terlibat. Protoonkogen lcr dan c-fgr, yang menkode
protein kinase tirosin diekspresikan pada limfosit yang terkena LLK tetapi
tidak pada sel B murni yang normal. Saat ini pada pasien LLK didapatkan delesi
homozigot dan region genom telomerik gen retinoblastoma tipe-1 d13s25. Hal ini
menunjukkan bahwa adanya gen suppressor tumor baru terlibat dalam LLK.
Epidemiologi
Usia rerata pasien saat didiagnosis berusia 65 tahun,
hanya 10-15% kurang dari 50 tahun. Angka kejadian di negara barat 3/100.000. Pada
populasi geriatri, insiden di atas usia 70 tahun sekitar 50/100.000. Resiko
terjadinya LLK meningkat seiring usia. Perbandingan risiko relatif pada pria
tua adalah 2,8:1 perempuan tua. Kebanyakan pasien memiliki ras kaukasia dan
berpendapatan menengah.
Patofisiologi
Sel B darah tepi normal adalah subpopulasi limfosit B
CD5+ matur (sama dengan sel B-1a) yang terdapat pada zona mantel limfonodi dan
dalam jumlah kecil di darah. Sel B LLK mengekpresikan immunoglobulin membrane
permukaan yang umumnya rendah kadarnya, kebanyakan IgM, IgD dibandingkan sel B
darah tepi normal, dan single light chain (kappa dan lambda). Juga
mengekspresi antigen T CD5, antigen HLA-DR dan antigen B (CD19 dan CD20) mempunyai
reseptor untuk sel darah tikus, dan menghasilkan autoantibodi polireaktif.
Ekpresi gen VH dan VL terbatas pada sel-sel tersebut.
Berdasarkan karakteristik tersebut, LLK kemungkinan merupakan suatu proses
bertahap, dimulai dengan ekspansi poliklonal yang ditimbulkan oleh antigen
terhadap limfosit B CD5+ yang dibawah pengaruh agen mutasi pada akhirnya
ditransformasi menjadi proliferasi monoklonal. Limfosit B CD5+ neoplastik
mengumpul akibat hambatan apoptosis (kematian sel terprogram).
Meskipun gen bcl-2 jarang mengalami translokasi ,
tetapi terus menerus diekspresikan secara berlebihan, yang mengakibatkan
bertambah panjangnya kelangsungan hidup sel LLK. Selain itu sitokin terlibat
dalam pengaturan pertumbuhan dan sel-sel tersebut. Pada LLK, TNF alfa dan IL-10
berperan sebagai growth factor. Dalam perjalanan penyakit, ekspresi
berlebihan CD38, onko gen c-myc, delesi gen RB-1, dan mutasi gen supresor tumor
p53 juga terjadi.
Sekitar 55% pasien LLK mempunyai abnormalitas
sitogenik, khususnya trisomi 12, kelainan kromosom 13 pada lajur q14 (lokasi
gen supresor RB-1), 14q+, delesi kromosom 6 dan kromosom 11. Hal ini baik
dideteksi melalui fluoresensi in situ, hibridisasi dibandingkan analisis
sitogenik konvensional. Belum jelas makna kelainan tersebut pada tingkat
molekuler.
Kelainan kariotipik bertambah pada LLK stadium lanjut
dan menunjukkan abnormalitas yang didapat. Evolusi kariotipik umumnya
berhubungan dengan perjalanan penyakit, terjadi pada 15-40% pasien LLK.
Manifestasi
Klinis
Hasil
anamnesis
Pada awal diagnosis, kebanyakan pasien LLK tidak menimbulkan gejala,.
Pada pasien dengan gejala, paling sering ditemukan limfadenopati generalisata,
penurunan berat badan dan kelelahan.
Gejala lain meliputi hilangnya nafsu makan dan penurunan kemampuan
latihan/ olahraga. Demam, keringat malam dan infeksi jarang terjadi pada
awalnya, tetapi smakin mencolok sejalan dengan perjalanan penyakitnya.
Akibat penumpukan sel B neoplastik, pasien yang asimptomatik pada saat
diagnosis pada akhirnya akan mengalami limfadenopati, splenomegali, dan
hepatomegali.
Hasil pemeriksaan fisik
20-30% pasien tidak menunjukkan kelainan fisik. Kelainan fisik yang
dijumpai adalah limfadenopati. Sekitar 50% pasien mengalami limfadenopati
dan/atau hepatosplenomegali. Pembesaran limfonodi dapat terlokalisir atau
merata dan bervariasi dalam ukuran. Splenomegali dan/atau hepatomegali
ditemukan pada 25-50% kasus.
Infiltrasi pada kulit, kelopak mata, jantung, pleura, paru, dan saluran
cerna umumnya jarang, dan timbul pada akhir perjalanan penyakit.
Sejalan dengan perjalanan penyakit, limfadenopati massif dapat
menimbulkan obstruksi lumen termasuk ikterus obstruktif, disfagia uropati
obstruktif, edema ekstremitas bawah, dan obtruksi usus parsial. Timbulnya efusi
pleura atau asites berhubungan dengan prognosis yang buruk.
Gambaran
klinis
- Mengenai orang berusia tua, dan jarang mengenai orang berusia kurang dari 40 tahun. Rasio pria terhadap wanita adalah 2:1.
- Banyak kasus (biasanya stadium 0) didiagnosis data dilakukan pemeriksaan darah rutin.
- Pembesaran simetris kelenjar getah bening permukaan adalah tanda klinis yang paling sering dijumpai. Kelenjar biasanya berbatas tegas dan tidak nyeri tekan. Salah satu pembesaran yang dijumpai dapat berupa pemebesaran tonsil.
- Gambaran anemia mungkin ada
- Splenomegali dan hepatomegali biasa ditemukan pada stadium lebih lanjut.
- Infeksi bakteri dan jamur sering ditemukan pada stadium lanjut karena defisiensi imun dan neutropenia (akibat infiltrasi sumsum tulang, kemoterapi, atau hipersplenisme) juga terdapat kaitan dengan herpes zoster.
- Penderita trombositopenia mungkin memperlihatkan adanya memar atau purpura.
Gambaran
laboratorium
Apusan darah tepi dari pasien leukemia limfositik kronik, dengan keragaman limfosit yang kecil |
- Limfositosis
- Penentuan imunotipe limfosit menunjukkan bahwa limfosit tersebut adalah sel B (CD 19 pemukaan positif), yang mengekspresikan immunoglobulin permukaan (IgM atau IgD) secara lemah. Immunoglobulin ini terbukti bersifat monoklonal .
- Anemia normositik normokrom terdapat pada stadium lanjut akibat infiltrasi sumsum tulang atau hipersplenisme.
- Trombositopenia terjadi pada banyak pasien.
- Pada aspirasi sumsum tulang menunjukkan adanya penggantian elemen sumsum tulang oleh limfosit.
- Kadar immunoglobulin serum menurun dan makin jelas dengan memburuknya penyakit. Terkadang ditemukan paraprotein.
- Empat kelainan kromosom yang paling lazim dijumpai adalah delesi 13q14, trisomi 12, delesi pada 11q23, dan kelainan structural 17p yang melibatkan gen p53.
- Gen VH sel B mengalami hipermutasi somatik di pusat-pusat germinal.
Apusan darah tepi pasien Leukemia Limfositik Kronik dengan keragaman limfosit yang banyak. terlihat adanya smudge cell yaitu artifak yang dihasilkan limfosit yang rusak pada saat pembuatan preparat |
Diagnosis
Tanda patognomonik LLK adalah peningkatan jumlah leukosit dengan
limfositosis kecil sekitar 95%. Untuk menegakkan diagnosis, sebaiknya
dilakuakan pemeriksaan gambaran darah tepi secara hati-hati dan cermat.
Gambaran darah tepi tampak limfositosis dengan gambaran limfositosis kecil
matur dan smudge cell yang dominan; imunofenotip khas limfosit (CD5+,
CD19+, CD20+, CD23+, FMC7-/+, dan CD22-/+); dan infiltrasi limfosit ke sumsum
tulang bervariasi dalam 4 gambaran yaitu interstisial (33%), nodular (10%),
campuran intertisial dan nodular (25%) serta infiltrasi difus (25%).
Meskipun telah didapatkan limfositosis dan infiltrasi limfosit ke sumsum
tulang belum berarti pasti LLK.
LLK dapat didiagnosis jikan ditemukan peningkatan absolute limfosit
didalam darah (>5000/uL) dan morfologi dan imunofenotipnya menunjukkan
gamabaran khas.
Klasifikasi France-America-British (FAB), membagi tiga tipe morfologi
berdasarkan perbandingan limfosit atipikal didalam darah, yaitu:
- LLK tipikal terdiri dari 90% limfosit kecil
- LLK tipe prolimfositik (sel prolimfositik 11-54%)
- LLK atipikal yang ditandai dengan morfologi sel limfosit yang heterogen tetapi proporsi prolimfosit kurang dari 10%
Kriteria ini tidak selalu menetap. Pada kasus LLK atipikal, gangguan
limfoproliferatif lainnya harus dipertimbangkan dulu sebelum membuat diagnosis
LLK atipikal; oleh karena itu analisis imunofenotip sel B neoplastik, data
sitogenetik dan molecular dapat bermanfaat.
Adapun diagnosis banding dari LLK adalah:
- Leukemia granulositi/mielositik kronik
- Hairy
cell leukemia
- Infeksi
- Hipogamaglobulinemia
- Transformasi menjadi keganasan limfoid yang agresif
- Komplikasi akibat penyakit autoimun
- Keganasan sekunder
Penatalaksanaan
Diagnosis LLK tidak menandakan perlunya pengobatan. Saat ini tidak
terdapat terapi kuratif LLK. Tujuan terapi pada kebanyhakan pasien LLK adalah
meredakan gejala dan paliatif atau meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang
kelangsungan hidup.
Leukemia limfositik kronik
berkembang dengan lambat, sehingga banyak penderita yang tidak mendapatkan penanganan selama bertahun-tahun sampai jumlah limfosit sangat banyak, kelenjar
getah bening membesar atau terjadi penurunan jumlah eritrosit atau trombosit.
Tetapi pada pasien lebih muda dengan faktor risiko buruk, pendekatan
eksperimental dengan tujuan penyembuhan yang dipilih.
Kemoterapi yang diberikan terlalu dini dapat memperpendek harapan hidup
dan bukannya memperpanjang. Pengobatan diberikan bila terdapat organomegali
yang bermasalah; episode hemolitik, dan supresi sumsum tulang.
Pasien dalam stadium Binet C akan memerlukan pengobatan, seperti juga
beberapa pasien dalam stadium B.
Kemoterapi
a.
Klorambusil
Pengobatan tradisional untuk
CLL adalah dengan zat pengalkil oral klorambusil. Obat ini digunakan sebagai pengobatan harian (misal 4-6
mg/hari) atau 6 mg/m2 per hari selama 10 hari. Obat ini efektif
dalam mengurangi beratnya penyakit pada sebagian besar kasus. Biasanya obat
perlu diberikan selarna 2-4 bulan, dan setelah itu akan dicapai remisi dengan durasi yang bervariasi. Klorambusil dapat
diberikan kembali jika diperlukan, walaupun dapat timbul resistensi.
b.
Analog purin
Obat-obat ini efektif untuk
pengobatan leukemia limfoid kronik dan limfoma. Obat yang paling efektif untuk
pengobatan CLL tampaknya adalah fludarabin, dan bukti-bukti awal menunjukkan
bahwa obat ini lebih efektif diberikan sebagai obat tunggal dibandingkan dengan
klorambusil. Tempat fludarabin dalam penatalaksanaan CLL secara keseluruhan
masih diteliti hingga saaat ini. Obat ini mungkin merupakan obat pilihan
pertama dan juga berguna untuk pasien-pasien yang resisten terhadap klorambusil. Formulasi obat intravena
maupun oral dapat digunakan secara bulanan. Mielosupresi dan reduksi limfosit T CD4 (helper) yang berkepanjangan
menyebabkan terjadinya peningkatan risiko infeksi dan profilaksis terhadap
infeksi Pneumocystis carinii dengan kotrimoksazol yang
diberikan sampai jumlah CD4 pulih. Apabila pasien
resisten terhadap salah satu analog purin sebaiknya
dicoba obat lain dari kelompok ini, misalnya
2-klorodeoksiadenosin. Kombinasi fludarabin dengan
misalnya siklofosfamid (FC), atau metotreksat
dan deksametason (FMD) mungkin lebih efektif
dibandingkan pemberian fludarabin saja.
c.
Kortikosteroid
Pasien yang menderita
kegagalan sumsum tulang harus diobati sejak
awal dengan prednisolon saja, sampai terdapat
pemulihan jumlah trombosit, netrofil, dan
hemoglobin yang bermakna. Jumlah limfosit darah tepi
mula-mula meningkat sejalan dengan pengerutan
organ yang terinfiltrasi tetapi jumlahnya kemudian
menurun. Kortikosteroid juga diindikasikan bila
terdapat anemia hemolitik autoimun atau trombositopenia.
Bentuk pengobatan lain
- Radioterapi Ini bermanfaat untuk mengurangi ukuran gugus kelenjar getah bening besar yang tidak responsif terhadap kemoterapi.
- Kemoterapi kombinasi Misalnya dengan siklofosfamid hidroksidaunorubisin, Oncovin (vinkristin) prednison (CHOP) kadang-kadang efektif untuk kasus-kasus stadium lanjut dan pasien refrakter terhadap klorambusil.
- Siklosporin Aplasia eritrosit mungkin berespons terhadap siklosporin.
- Antibodi monoklonal Campath IH (anti CD52) dan Rituximab (anti CD20) menghasilkan respons pada sebagian pasien. Campath-1H khususnya efektif terhadap penyakit sumsum tulang.
- Splenektomi Ini biasanya disimpan untuk pasien-pasien dengan sitopenia imun yang tidak berespons terhadap steroid jangka pendek atau pasien dengan pembesaran limpa yang besar dan nyeri.
- Penggantian imunoglobulin Penggantian immunoglobulin (misal 250 mg/kg/bulan melalui infus intravena) berguna untuk pasien-pasien denga gamaglobulinemia dan infeksi rekuren.
- Transplantasi sel induk / Stem Cell Transplantation (SCT) Pada saat ini, SCT merupakan suatu pendekatan eksperimental pada pasien-pasien berusia muda. SCT alogenik mungkin bersifat kuratif tetapi mempunyai tingkat mortalitas yang tinggi. SCT autolog yang dilakukan setelah sebelumnya menjalani terapi dengan fludarabin dan obat-obat lain saat ini sedang dalam uji klinis.
Prognosis
Faktor Prognosis
|
||
Risiko rendah
|
Risiko tinggi
|
|
Jenis kelamin
|
Wanita
|
Pria
|
Stadium klinik
|
Binet A
RAI O, I
|
Binet B/C
RAI II, III, IV
|
Morfologi limfosit
|
Tipikal
|
Atipikal
|
Gambaran dari infiltrasi sumsum tulang
|
Non difus
>12 bulan
|
Difus
<12 bulan
|
Waktu pengandaan limfosit
|
Normal
|
Meningkat
|
Penanda serum
|
< 20-30%
|
>20-30%
|
Ekspresi CD38
|
Tidak ada
|
Delesi 11q23
|
Abnormalitas gen
|
Loss/ mutation p 53
Mutasi (-)
|
|
Status gen IgVH
|
Mutasi
|
Perjalanan penyakit bervariasi. Kondisi penyakit sel B dapat diramal
kelangsungan hidupnya antara lebih dari 10 tahun sampai kurang dari 19 bulan,
dan 9 tahun untuk seluruh populasi pasien LLK. Beberapa pasien dengan LLK
mempunyai masa hidup normal dan yang lain meninggal dalam waktu 5 tahun setelah
diagnosis. Beberapa tahun terakhir kemajuan penting dicapai dalam pemahaman
biologi, perjalanan alami dan pengobatan.
Daftar
Pustaka/Referensi
- Binet J.L., Auquier A., Dighiero G. et al. (1981) A new prognostic classification of chronic lymphocytic leukemia derived from a multivariate survival analysis. Cancer 48, 198-206.
- Caligaris-Cappio F (2000) Biology of chronic lymphocytic leukemia. Rev. Clin. Exp. Hematol. 4, 5-21.
- Esteve J. and, Montserrat E. (2000) Hematopoietic stem-cell transplantation for B-cell chronic lymphocytic leukemia: current status. Rev. Clin. Exp. Hematol. 4, 167-78.
- Hallek M. (2000) New concepts in pathogenesis, diagnosis, prognostic factors and clinical presentation of chronic lymphocytic leukemia. Rev. Clin. Exp. Hematol. 4, 103-17.
- Hoffbrand AV, Pettit JE, Moss PAH. Kapita Selekta Hematologi. Edisi ke 4. Jakarta: EGC. 2005
- Keating M.J. and O'Brien S. (2000) Conventional management of chronic lymphocytic leukemia. Rev. Clin.Hematol. 4, 118-33.
- Kipps T.J. (2000) Chronic lymphocytic leukemia. Curr. Opin. Hematol. 7, 223-34.
- Matutes E. and Polliack A. (2000) Morphological and immunophenotypic features of chronic lymphocytic leukemia. Rev. Clin. Exp. Hematol. 4, 22-47.
- Mehta A, Hoffbrand, Victor. (2008) At a Glance Hematologi. Edisi kedua. Jakarta: Erlangga
- Permono, Bambang H, dkk. (2006) Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
- Rai K.R., Sawitsky A., Cronkite E.P., Chanana A.D., R.N. and Pasternack B.S. (1975) Clinical staging of chronic lymphocytic leukemia. Blood 46, 219-34.
- Wierda W.g. and Kipps T.J. (1999) Chronic lymphocytic leukemia. Curr. Opin. Hematol. 6, 253-61.
- Gleadle, Jonathan. At a Glance: Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: EMS. 2007.
- Hoffbrand AV, Pettit JE, Moss PAH. Kapita selekta: hematologi. Edisi IV. Jakarta: EGC. 2005.
- Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta: FKUI. 2007.
- Goldberg,Corinne. Bone Marrow and Biopsy. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/ 2015.
- Liu, Delong. Chronic Lymphocytic Leukemia. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/ 2015.
- Besa, Emanuel C. hairy cell leukemia. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/. 2015.
Kata Kunci Pencarian : Leukemia Limfositik Kronik, CLL, Skripsi, Makalah, Ilmu Penyakit Dalam, Tesis, Hematologi, SKP (Satuan Kredit Profesi), Kompetensi, pdf, word, .pdf, .doc, .docx, Referat, Jurnal, Karya Tulis Ilmiah, Desertasi, Disertasi, Refrat, modul BBDM, Belajar Bertolak Dari Masalah, Problem Based Learning, askep (asuhan keperawatan)
0 comments:
Posting Komentar