Definisi
Demam dengue atau dengue fever (selanjutnya
disingkat DD) merupakan penyakit yang dapat terjadi pada anak dan remaja atau
orang dewasa dengan tanda-tanda klinis berupa demam, nyeri otot dan/atau nyeri
sendi yang disertai leukopenia, dengan/tanpa ruam, dan limfadenopati, demam
bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakan bola mata, gangguan
rasa mengecap, trombositopenia ringan, dan petekie spontan.
Demam berdarah dengue atau Dengue Haemorrhagic Fever (selanjutnya disingkat DBD) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome, selanjutnya disingkat DSS) ialah penyakit DBD yang disertai renjatan.
Demam berdarah dengue atau Dengue Haemorrhagic Fever (selanjutnya disingkat DBD) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome, selanjutnya disingkat DSS) ialah penyakit DBD yang disertai renjatan.
Gejala yang ditemukan pada Demam Dengue. Gambar modifikasi dari Mikael Häggström. |
DD adalah demam yang timbul karena infeksi virus dengue.
Virus dengue yang menimbulkan penyakit ini memiliki banyak strain atau tipe
virus dengue. Penyakit ini umumnya menyerang orang yang kekebalan tubuhnya
sedang menurun. Selanjutnya saat seseorang terkena infeksi virus dengue,
tubuhnya secara alami akan memproduksi kekebalan terhadap tipe virus dengue
yang menyerang, kekebalan ini akan berlangsung seumur hidup. Akan tetapi,
kekebalan terhadap jenis virus dengue yang pernah menyerang tidak berlaku pada
tipe virus dengue yang lain, sehingga orang tersebut bisa saja terserang demam
dengue kembali.
Daerah yang banyak terjangkit DD adalah daerah tropis dan
subtropis seperti Asia. Hal ini dikarenakan adanya curah hujan yang tinggi dan
lingkungan yang kurang baik, sehingga menjadi tempat yang sangat cocok untuk
perkembangan nyamuk aedes aegypti yang menjadi media utama penularan demam
dengue. Nyamuk ini membawa dan menularkan virus dengue lewat gigitannya dari
orang yang sebelumnya sudah terinfeksi dengue. Karena penularan virus dengue
dibawa oleh nyamuk, maka kita tidak perlu khawatir kontak langsung dengan
penderita demam dengue.
DD berbeda dengan demam berdarah dengue (DBD), meskipun
kedua penyakit ini sama-sama disebabkan oleh virus dan dibawa nyamuk yang sama.
Perbedaan yang paling utama adalah pada demam dengue tidak ditemukan
manifestasi pendarahan, pada kulit pasien dengan demam dengue hanya tampak ruam
kemerahan saja sementara pada pasien demam berdarah dengue akan tampak bintik
bintik pendarahan.
Selain itu, demam dengue dan demam berdarah dengue
berbeda pada hal tingkat berbahayanya. DD tidak seberbahaya DBD, karena demam
dengue umumnya tidak mengakibatkan kematian.
Patogenesis
Virus dengue dibawa
oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus sebagai vektor ke
tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Infeksi yang pertama kali dapat
memberi gejala sebagai DD. Apabila orang itu mendapat infeksi berulang oleh
tipe virus dengue yang berlainan akan menimbulkan reaksi yang berbeda. DBD
dapat terjadi bila seseorang yang telah terinfeksi dengue pertama kali,
mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Virus akan bereplikasi di nodus
limfatikus regional dan menyebar kejaringan lain, terus ke sistem
retikuloendotelial dan kulit secara bronkogen maupun hematogen.
Tubuh akan membentuk kompleks virus-antibodi dalam sirkulasi darah sehingga akan mengaktivasi sistem komplemen yang berakibat dilepaskannya anafilatoksin C3a dan C5a sehingga permeabilitas dinding pembuluh darah meningkat. Akan terjadi juga agregasi trombosit yang melepaskan ADP, trombosit melepaskan vasoaktif yang bersifat meningkatkan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit faktor 3 yang merangsang koagulasi intravaskular. Terjadinya aktivasi faktor Hageman (faktor XII) akan menyebabkan pembekuan intravaskular yang meluas dan meningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah.
Tubuh akan membentuk kompleks virus-antibodi dalam sirkulasi darah sehingga akan mengaktivasi sistem komplemen yang berakibat dilepaskannya anafilatoksin C3a dan C5a sehingga permeabilitas dinding pembuluh darah meningkat. Akan terjadi juga agregasi trombosit yang melepaskan ADP, trombosit melepaskan vasoaktif yang bersifat meningkatkan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit faktor 3 yang merangsang koagulasi intravaskular. Terjadinya aktivasi faktor Hageman (faktor XII) akan menyebabkan pembekuan intravaskular yang meluas dan meningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah.
Manifestasi Klinis
Gambaran klinis amat
bervariasi, dari yang ringan, sedang seperti DD, sampai ke DBD dengan
manifestasi demam akut, perdarahan, serta kecenderungan terjadi renjatan yang
dapat berakibat fatal. Masa inkubasi dengue antara 3-15 hari, rata-rata 5-8
hari.
Pada DD terdapat peningkatan suhu secara tiba-tiba, disertai sakit kepala, nyeri yang hebat pada otot dan tulang, mual kadang muntah, dan batuk ringan.
Sakit kepala dapat menyeluruh atau berpusat pada supraorbital dan retroorbital. Nyeri di bagian otot terutama dirasakan bila tendon dan otot perut ditekan. Pada mata dapat ditemukan pembengkakan, injeksi konjungtiva, lakrimasi, dan fotofobia. Otot-otot sekitar mata terasa pegal. Eksantem dapat muncul pada awal demam yang terlihat jelas di muka dan dada, berlangsung beberapa jam kemudian akan muncul kembali pada hari ke-3-6 berupa bercak petekie di lengan dan kaki lalu ke seluruh tubuh. Pada saat suhu turun ke normal, ruam berkurang dan cepat menghilang, bekas-bekasnya kadang terasa gatal. Pada sebagian pasien dapat ditemukan kurva suhu yang bifasik. Dalam pemeriksaan fisik pasien DD hampir tidak ditemukan kelainan.
Nadi pasien mula-mula cepat kemudian menjadi normal atau lebih lambat pada hari ke-4 dan ke-5. Bradikardi dapat menetap beberapa hari dalam masa penyembuhan. Dapat ditemukan lidah kotor dan kesulitan buang air besar. Pada pasien DBD dapat terjadi gejala perdarahan pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekie, purpura, ekimosis, hematemesis, melena, dan epistaksis. Hati umumnya membesar dan terdapat nyeri tekan yang tidak sesuai dengan beratnya penyakit. Pada pasien DSS, gejala renjatan ditandai dengan kulit yang terasa lembab dan dingin, sianosis perifer yang terutama tampak pada ujung hidung, jari-jari tangan dan kaki, serta dijumpai penurunan tekanan darah. Renjatan biasanya terjadi pada waktu demam atau saat demam turun antara hari ke-3 dalam hari ke-7.
Pada DD terdapat peningkatan suhu secara tiba-tiba, disertai sakit kepala, nyeri yang hebat pada otot dan tulang, mual kadang muntah, dan batuk ringan.
Sakit kepala dapat menyeluruh atau berpusat pada supraorbital dan retroorbital. Nyeri di bagian otot terutama dirasakan bila tendon dan otot perut ditekan. Pada mata dapat ditemukan pembengkakan, injeksi konjungtiva, lakrimasi, dan fotofobia. Otot-otot sekitar mata terasa pegal. Eksantem dapat muncul pada awal demam yang terlihat jelas di muka dan dada, berlangsung beberapa jam kemudian akan muncul kembali pada hari ke-3-6 berupa bercak petekie di lengan dan kaki lalu ke seluruh tubuh. Pada saat suhu turun ke normal, ruam berkurang dan cepat menghilang, bekas-bekasnya kadang terasa gatal. Pada sebagian pasien dapat ditemukan kurva suhu yang bifasik. Dalam pemeriksaan fisik pasien DD hampir tidak ditemukan kelainan.
Nadi pasien mula-mula cepat kemudian menjadi normal atau lebih lambat pada hari ke-4 dan ke-5. Bradikardi dapat menetap beberapa hari dalam masa penyembuhan. Dapat ditemukan lidah kotor dan kesulitan buang air besar. Pada pasien DBD dapat terjadi gejala perdarahan pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekie, purpura, ekimosis, hematemesis, melena, dan epistaksis. Hati umumnya membesar dan terdapat nyeri tekan yang tidak sesuai dengan beratnya penyakit. Pada pasien DSS, gejala renjatan ditandai dengan kulit yang terasa lembab dan dingin, sianosis perifer yang terutama tampak pada ujung hidung, jari-jari tangan dan kaki, serta dijumpai penurunan tekanan darah. Renjatan biasanya terjadi pada waktu demam atau saat demam turun antara hari ke-3 dalam hari ke-7.
Masa inkubasi virus
dengue berlangsung antara 3 sampai 15 hari hingga gejala demam dengue muncul.
Gejal-gejala demam dengue adalah:
- Gejala demam dengue akan diawali
oleh perasaan menggigil, nyeri kepala, nyeri saat menggerakan bola mata
dan nyeri punggung.
- Sakit pada tungkai dan sendi. Ini
akan terjadi beberapa jam sejak gejala demam dengue mulai dirasakan.
- Suhu tubuh akan meningkat dengan
cepat mencapai 40 derajat celcius dengan detak nadi yang normal serta
tekanan darah yang cenderung turun.
- Bola mata akan tampak
kemerahan.
- Selain bola mata, wajah juga akan
tampak kemerahan dan dengan cepat akan menghilang.
- Membesarnya kelenjar pada leher
atau tenggorokan.
- Setelah dua hari demam akan turun dengan cepat dan diiringi oleh produksi keringat yang meningkat. Periode penurunan suhu ini biasanya berlangsung sehari, selanjutnya suhu tubuh akan meningkat lagi dengan cepat. Saat ini seluruh tubuh pasien akan kemerahan kecuali pada wajah.
Diagnosis
Kriteria klinis DD,
adalah:
- Suhu badan yang tiba-tiba meninggi
- Demam yang berlangsung hanya beberapa hari
- Kurva demam yang menyerupai pelana kuda
- Nyeri tekan terutama di otot-otot dan persendian
- Adanya ruam-ruam pada kulit
- Leukopenia.
Kriteria klinis DBD
menurut WHO 1986, adalah:
- Demam akut, yang tetap tinggi selama 2-7 hari, kemudian turun secara drastis. Demam disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, malaise, nyeri pada punggung, tulang, persendian, dan kepala.
- Manifestasi perdarahan, seperti uji turniket positif, petekie, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, dan melena.
- Pembesaran hati dan nyeri tekan tanpa ikterus.
- Dengan/tanpa renjatan. Renjatan yang terjadi pada saat demam biasanya mempunyai prognosis yang buruk.
- Kenaikan nilai Ht/hemokonsentrasi, yaitu sedikitnya 20%.
Derajat beratnya DBD
secara klinis dibagi sebagai berikut:
- Derajat I (ringan), terdapat demam mendadak selama 2-7 hari disertai gejala klinis lain dengan manifestasi perdarahan teringan, yaitu uji turniket positif
- Derajat II (sedang), ditemukan pula perdarahan kulit dan manifestasi perdarahan lain.
- Derajat III, ditemukan tanda-tanda dini renjatan.
- Derajat IV, terdapat DSS dengan nadi dan tekanan darah yang tak terukur.
Diagnosis klinis perlu disokong pemeriksaan serologi.
Sebuah gambaran dari mikroskop TEM yang menunjukkan virion virus Dengue (kumpulan bintik hitam di area tengah). Gambar dari
|
Pemeriksaan Penunjang
- Darah. Pada DD terdapat leukopenia pada hari ke-2 atau hari ke-3. Pada DBD dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi. Masa pembekuan masih normal, masa biasanya memanjang, dapat ditemukan penurunan faktor II, V, VII, IX, dan XII. Pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia, hipokloremia. SGOT, serum glutamik piruvat transaminase (SGPT), ureum, dan pH darah mungkin meningkat, reverse alkali menurun.
- Air seni. Mungkin ditemukan albuminuria ringan.
- Sumsum tulang. Pada awal sakit biasanya hiposelular, kemudian menjadi hiperselular pada hari ke-5 dengan gangguan maturasi dan pada hari ke- 10 sudah kembali normal untuk semua sistem.
- Uji serologi.
- Uji serologi memakai serum ganda, yaitu serum diambil pada masa akut dan konvalesen, yaitu uji pengikatan komplemen (PK), uji netralisasi (NT), dan uji dengue blot. Pada uji ini dicari kenaikan antibodi antidengue sebanyak minimal empat kali
- Uji serologi memakai serum tunggal, yaitu uji dengue blot yang mengukur antibodi antidengue tanpa memandang kelas antibodinya, uji IgM antidengue yang mengukur hanya antibodi antidengue dari kelas IgM. Pada uji ini yang dicari adalah ada tidaknya atau titer tertentu antibodi antidengue.
5. Isolasi virus, yang
diperiksa adalah darah pasien dan jaringan.
Diagnosis Banding
- Adanya demam pada awal penyakit dapat dibandingkan dengan infeksi bakteri maupun virus, seperti bronkopneumonia, kolesistitis, pielonefritis, demam tifoid, malaria, dan sebagainya.
- Adanya ruam yang akut seperti pada morbili perlu dibedakan dengan DBD.
- Adanya pembesaran hati perlu dibedakan dengan hepatitis akut dan leptospirosis.
- Pada meningitismeningokok dan sepsis terdapat perdarahan di kulit.
- Penyakit-penyakit darah seperti idiophatic thrombocytopenic purpurae, leukemia pada stadium lanjut, dan anemia aplastik.
- Renjatan endotoksik.
- Demam chikungunya.
Penatalaksanaan
Pengobatan demam dengue
umumnya bersifat simptomatis, maksudnya pengobatan yang dilakukan bertujuan
untuk mengatasi gejala yang terjadi. Karena demam dengue disebabkan oleh virus
maka tidak ada pengobatan spesifik untuk penyakit ini termasuk penggunaan
antibiotika.
Ketika anak mengalami demam dengue, penanganan yang perlu dilakukan oleh orang tua adalah cukup dengan menyuruh anak beristirahat dengan cukup dan memberikan asupan cairan yang banyak. Selanjutnya bisa diberikan paracetamol untuk mengatasi demam dan sakit kepala yang dirasakan anak. Kondisi anak akan membaik setelah beberapa minggu.
Ketika anak mengalami demam dengue, penanganan yang perlu dilakukan oleh orang tua adalah cukup dengan menyuruh anak beristirahat dengan cukup dan memberikan asupan cairan yang banyak. Selanjutnya bisa diberikan paracetamol untuk mengatasi demam dan sakit kepala yang dirasakan anak. Kondisi anak akan membaik setelah beberapa minggu.
Penatalaksanaan DD atau
DBD tanpa penyulit adalah:
- Tirah baring
- Makanan lunak dan bila belum nafsu makan diberi minum 1,5-2 liter dalam 24 jam (susu, air dengan gula, atau sirop) atau air tawar ditambah garam.
- Medikamentosa yang bersifat simtomatis. Untuk hiperpireksia dapat diberi kompres, antipiretik golongan asetaminofen, eukinin, atau dipiron dan jangan diberikan asetosal karena bahaya perdarahan.
- Antibiotik diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi sekunder.
Pada pasien dengan
tanda renjatan dilakukan:
- Pemasangan infus dan dipertahankan selama 12-48 jam setelah renjatan diatasi.
- Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah suhu dan pernapasan tiap jam, serta Hb dan Ht tiap 4-6 jam pada hari pertama selanjutnya tiap 24 jam.
Pada pasien DSS diberi
cairan intravena yang diberikan dengan diguyur, seperti NaCl, laktat Ringer
yang dipertahankan selama 12-48 jam setelah renjatan teratasi. Bila tak tampak
perbaikan dapat diberikan plasma atau plasma ekspander atau dekstran atau
preparat hemasel sejumlah 15-29 ml/kg berat badan dan dipertahankan selama
12-48 jam setelah renjatan teratasi. Bila pada pemeriksaan didapatkan penurunan
kadar Hb dan Ht maka diberi transfusi darah.
Pada beberapa pasien yang gejala demamnya tidak membaik atau tidak mengalami penurunan suhu setelah pemberian antipiretik (anti panas) umum seperti parasetamol, dapat dipertimbangkan untuk diberikan injeksi metamizole dengan dosis 10 mg/kgBB setiap 4 jam disertai evaluasi.
Pada beberapa pasien yang gejala demamnya tidak membaik atau tidak mengalami penurunan suhu setelah pemberian antipiretik (anti panas) umum seperti parasetamol, dapat dipertimbangkan untuk diberikan injeksi metamizole dengan dosis 10 mg/kgBB setiap 4 jam disertai evaluasi.
Prognosis
Kematian karena demam
dengue hampir tidak ada. Pada DBD/DSS mortalitasnya cukup tinggi. Penelitian
pada orang dewasa di Surabaya, Semarang, dan Jakarta menunjukkan bahwa
prognosis dan perjalanan penyakit umumnya lebih ringan daripada anak-anak.
Pencegahan Demam Dengue
Pencegahan
terhadap penyakit demam dengue tidak jauh berbeda dengan pencegahan terhadap
DBD, mengingat sumber kedua penyakit ini sama persis. Pencegahan yang dilakukan
adalah pencegahan terhadap perkembangan dan penyebaran nyamuk aedes aegypti,
karena sampai saat ini belum ada vaksin yang pas untuk demam dengue, yang utama
dengan melakukan gerakan 3 M (Menguras, Menutup dan Menimbun) pada
tempat-tempat yang disukai nyamuk untuk berkembang biak.
Kata Kunci Pencarian : Demam Dengue, Berdarah, Shock Syndrome, Syok Sindrom, Mikrobiologi, Patologi Klinik, SKP (Satuan Kredit Profesi), Kompetensi, pdf, word, .pdf, .doc, .docx, Ilmu Penyakit Dalam, Infeksi Tropik, Parasit, Parasitologi, Artikel, Jurnal, Makalah, Referat, Tesis, Skripsi, Desertasi, Karya Tulis Ilmiah, Disertasi, Refrat, modul BBDM, Belajar Bertolak Dari Masalah, Problem Based Learning, askep (asuhan keperawatan)
0 comments:
Posting Komentar